Penggunaan EYD serta berbahasa Indonesia yang baik dan benar, sampai kini memang masih terkesan carut marut. Lihat saja misalnya istilah "telop" yang kerap muncul di layar televisi kita, selain banyak contoh lain yang menunjukkan betapa kerapnya media massa menggunakan ejaan yang salah kaprah. Kesalahan yang paling banyak serta mencolok, adalah pemakaian awalan "di" dan "ke", serta menentukan kata mana yang harus digabung dan mana pula yang boleh dipisahkan. Sebab bagaimana pun, antara "dibalik" dan "membalik" memiliki makna yang berbeda. selengkapnya... about EYD dan Susahnya Berbahasa Indonesia
Jika pertanyaan Shakespeare mengenai kandungan suatu nama dijawab di Indonesia, dapat dipastikan bahwa jawabannya panjang lebar. Memang, baik nama orang maupun nama tempat (toko, sekolah, dan sebagainya), dipilih dengan sangat saksama di Nusantara. Keadaan ini disebabkan adanya harapan bahwa suatu nama akan membawa berkah jika dipilih dengan matang. Itu sebabnya, penyanyi dangdut yang lagi terkenal bernama "Nurjannah" dan bukan "Narjunub", misalnya, dan toko sembako terdekat dinamakan "Makmur" dan bukan "Malang". Ditambah lagi, tetangga kita bernama "Pak Slamet" dan bukan "Pak Sakit", sedangkan perusahaan bus antarkota dinamakan "Langsung Jaya" dan bukan "Langsung Bahaya". selengkapnya... about Harapan Pada Bahasa
Bahasa Indonesia, seperti bangsa Indonesia, sejak dari sono-nya merupakan gado-gado alias campuran atawa indo bin blasteran, binti hibrid. Dalam bahasa kita, mengalir lancar istilah Melayu, Jawa, India, China, Arab, Portugis, Belanda, Inggris, dan seterusnya. Sama sekali ini bukan cela, noda, atau bencana. Tapi juga bukan barang unik, atau berkah istimewa. Itu ciri milik semua bahasa dan bangsa mutakhir.
Jika bahasa sudah baku atau standar, baik yang ditetapkan secara resmi lewat surat putusan pejabat pemerintah atau maklumat, maupun yang diterima berdasarkan kesepakatan umum dan yang wujudnya dapat kita saksikan pada praktik pengajaran bahasa kepada khalayak, maka dapat dengan lebih mudah dibuat pembedaan antara bahasa yang benar dengan yang tidak. Pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau yang dianggap baku itulah yang merupakan bahasa yang benar. selengkapnya... about Bahasa yang Baik dan Benar
Memilih kata di dalam berbahasa pada praktiknya tidak mudah. Akan selalu ada kata yang terasa kurang persis mewakili suatu maksud. Namun juga, akan selalu ada godaan bergenit-genit, memamerkan berbagai model gaya. Hal ini dapat di lihat dalam penggunaan kata. selengkapnya... about Genit
Beberapa waktu belakangan ini, ada sebuah kata yang dapat dikatakan populer atau dikenal luas dalam komunikasi resmi maupun sehari-hari. Kata yang dimaksud adalah kata "event", yang kemungkinan besar marak sebagai akibat dari munculnya sejumlah 'event organizer' di Indonesia pada tahun 1990-an, hingga kini. selengkapnya... about Kreatif dalam Memakai Kata/Istilah Asing dalam Bahasa Indonesia
Dirjen Ditjen Bina Produksi Departemen pernah menembuskan sepucuk surat kepada Kepala Lembaga Bahasa Indonesia. Isinya berhubungan dengan penggunaan istilah "lokal" (yang dinilai bercitra kurang positif atau inferior) untuk memaknai produk buah-buahan hasil kebun Tanah Air sendiri. selengkapnya... about Bahasa Lokal Kita yang Direndahkan
Kemajuan dunia siber (cyber), yang ditandai oleh perkembangan pesat dunia internet, benar-benar telah menjadi salah satu ciri tatanan baru teknologi informasi. Teknologi gabungan internet-komputer-World Wide Web ini telah membentuk suatu generasi baru yang lebih dahsyat dibandingkan dengan revolusi yang dipicu oleh temuan radio, percetakan, mobil, dan televisi. selengkapnya... about Bahasa Indonesia di Dunia Siber: Komunikasi Berperantarakan Komputer-Internet
Dalam dunia tulis-menulis, kita tidak asing lagi dengan istilah kamus. Selain itu, ada pula tesaurus. Kamus dan tesaurus merupakan rujukan yang biasa digunakan untuk mencari makna kata. Apa perbedaan keduanya? selengkapnya... about Kamus dan Tesaurus