Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PELITAKU
Sepuluh Perintah Allah dan Satu Korintus Tiga Belas bagi Jurnalis Kristen
Sepuluh Perintah Allah bagi Jurnalis
Jika umat Kristen memiliki "Sepuluh Perintah Allah" untuk ditaati dan dilakukan, setiap jurnalis Kristen perlu menaati dan melakukan "Sepuluh Perintah Allah bagi Jurnalis" yang penulis adaptasi dari tulisan Lee Wyndham, yaitu: (1) Kasihi bidang ini; (2) Kasihi pembaca Anda; (3) Jangan mulai menulis sebelum didahului dengan perenungan; (4) Anda harus tahu karakter tulisan Anda sendiri; (5) Anda harus tahu tujuan Anda menulis; (6) Anda harus berhenti jika tujuan itu sudah tercapai; (7) Anda jangan menyembah tulisan Anda seperti patung berhala; (8) Anda harus menulis dengan jelas; (9) Anda harus mempelajari pasar dan baru mengirimkan tulisan Anda; dan (10) Anda jangan berhenti sampai di situ, tetapi menulislah terus demi sesama dan demi kemuliaan Tuhan.
Satu Korintus Tiga Belas bagi Jurnalis
Jika Rasul Paulus menulis tentang "kasih" yang luar biasa kepada jemaat di Korintus, jurnalis Kristen pun perlu memiliki kasih dalam 1 Korintus 13 yang penulis sadur dari karya Marian Brincken Forschler, yakni: (1) Sekalipun aku telah lulus dari Sekolah Tinggi Komunikasi Massa atau Sekolah Tinggi Publisistik serta mengikuti berbagai seminar literatur ataupun training jurnalistik, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, tulisanku akan sama seperti gong yang berkumandang dan carang yang gemerencing serta diejek orang sebagai tong kosong yang nyaring bunyinya; (2) Sekalipun aku mempunyai karunia menulis dan talenta mengarang dan menguasai berbagai bahasa, dan sekalipun aku memiliki segudang buku tulis-menulis dan kewartawanan, jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna; (3) Dan, sekalipun aku membagi-bagikan ilmu tulis-menulisku, bahkan menekuni dunia pelayanan literatur sepenuh waktu, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku; (4) Kasih itu sabar menghadapi atasan yang rewel; kasih itu murah hati untuk menyisihkan honor tulisan bagi pekerjaan Tuhan; kasih itu tidak cemburu melihat wartawan lain menulis dengan lebih baik. Kasih itu tidak memegahkan diri dan tidak sombong kalau tulisannya berhasil menyabet "Sea Write Award" atau bahkan "Pulitzer Award"; (5) Kasih itu tidak melakukan sesuatu yang tidak sopan, tidak menghalalkan segala cara untuk mencari kepentingan sendiri, atau tidak marah dan menyimpan kesalahan orang lain ketika melakukan tugas peliputan; (6) Kasih itu tidak bersukacita jika tulisan wartawan lain ditolak oleh redaktur; (7) Kasih itu menerapkan prinsip: jika tidak memiliki bukti, dia percaya yang paling baik; jika buktinya bertentangan, dia mengharapkan yang paling baik; jika harapan itu dikecewakan, dia tetap sabar menantikan agar narasumber itu bertobat; (8) Kasih itu tidak marah jika kesibukan kita diganggu dan tulisan kita dikritik dengan tajam; (9) Sebab, pengetahuan kita terbatas dan kemampuan kita di bidang jurnalistik pun tidak sempurna; (10) Akan tetapi, jika kita tekun berlatih, tulisan kita makin lama makin baik, dan tulisan yang tidak sempurna akan lenyap; (11) Ketika aku belajar, tulisanku seperti anak-anak, karena aku berpikir dengan pola pikir anak-anak. Sekarang, aku menjadi dewasa, dan tulisanku pun makin matang dan berbobot karena aku meninggalkan gaya kekanak-kanakan itu; (12) Karena sekarang kita belum membayangkan bagaimana karier dan masa depan kita nantinya, seperti melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi dengan jaminan keselamatan, kita akan memetik buah dan mahkota kehidupan yang Allah sediakan bagi hamba-Nya yang setia; dan (13) Demikianlah tinggal tiga hal ini, yaitu iman, pengharapan, dan kasih, dan yang paling besar di antaranya adalah kasih. Kasih kepada Allah, kasih kepada keluarga, kasih kepada atasan, kasih kepada sesama wartawan, dan kasih kepada pembaca.
Sumber asli: | ||
Judul buku | : | Menulis dengan Cinta |
Judul bab | : | Bahan Pengajaran Jurnalistik Kristen |
Judul artikel | : | Sepuluh Perintah Allah bagi Jurnalis dan Satu Korintus Tiga Belas bagi Jurnalis |
Penulis artikel | : | Xavier Quentin Pranata |
Penerbit | : | Yayasan ANDI, Yogyakarta 2005 |
Halaman | : | 82 -- 85 |