Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PELITAKU
Bahasa dan Pembangunan Karakter Bangsa
Karakter diinterpretasikan sebagai realisasi operasional jati diri atau identitas seseorang atau suatu bangsa jika seseorang atau suatu bangsa dihadapkan pada masalah yang harus diselesaikan atau diatasi untuk mencapai kesejahteraannya.
Dengan perkataan lain, sifat jati diri atau identitas berbeda dari karakter, sebab jati diri bersifat konseptual, sedangkan karakter bersifat operasional. Jati diri merupakan kapasitas, sedangkan karakter merupakan realitas. Jati diri bersifat statis, sedangkan karakter bersifat dinamis operasional. Selanjutnya, satu unsur jati diri dapat direalisasikan oleh lebih dari satu karakter. Misalnya, seseorang yang memiliki jati diri jujur dapat merealisasikan identitasnya itu dalam berbagai kegiatan atau perbuatan nyata, seperti (1) memberikan informasi secara berimbang kepada yang memerlukan, (2) menyampaikan pesan kepada orang yang diamanahkan, dan (3) tidak mengambil harta orang lain tanpa seizin pemiliknya.
Seperti dikemukakan sebelumnya, istilah karakter lebih umum mencakup karakter yang baik atau yang positif. Dengan demikian, bahasan mengenai karakter dalam makalah ini dikaitkan dengan karakter baik atau karakter positif saja. Hubungan bahasa dengan jati diri dan karakter suatu bangsa adalah hubungan realisasi. Bahasa suatu komunitas atau bangsa yang sudah bermuatan ideologi, budaya, dan situasi membangun jati diri suatu bangsa. Ketika dihadapkan pada masalah aktual, jati diri didayagunakan dalam bentuk karakter.
Karakter bangsa Indonesia dapat dibangun secara kartografi atau dibangun berdasarkan sifat hakiki tata bahasa atau pemakaian bahasa Indonesia. Sebagai gambaran, karakter potensial suatu bangsa dapat berkembang dengan cara demikian: (1) Dalam contoh (1) terdahulu, dikemukakan bahwa tata bahasa Inggris yang meliputi Tense, Singular, dan Persons (tenses, system of grammatical number, dan points of view -- Red.) telah membangun jati diri atau identitas cermat waktu, cermat angka, dan cermat posisi atau kedudukan orang pada penutur bahasa Inggris atau bahasa-bahasa Eropa lainnya.
Jati diri ini telah didayagunakan dan telah membangun karakter penuturnya dalam rupa individualisme dalam budaya Barat, keberanian mengambil risiko, semangat kewirausahawan, kebebasan, dan pendewaan individu. Nilai individualisme ini telah melahirkan kreasi dan inovasi yang cemerlang berupa penemuan dalam bidang sains dan teknologi.
Penemuan mesin uap, mesin pencetak, radio, telepon, telegraf, teknologi kedokteran, sampai pesawat ruang angkasa merupakan realisasi karakter bangsa yang individualis, kreatif, inovatif, dan wirausaha. Sebanyak 180 pemenang Hadiah Nobel adalah penutur bahasa Barat (Hassan 2008). Penemuan-penemuan baru sebagian besar dibuat oleh penutur bahasa-bahasa di Barat, terutama pemakai bahasa Inggris. (2) Jepang tidak terkenal sebagai pembuat temuan baru, tetapi sebagai bangsa pemodifikasi temuan Barat.
Dengan perkataan lain, Jepang memiliki karakter membuat tiruan suatu benda. Dalam bahasa Jepang, terdapat konsep bonsai, yakni istilah atau kata dengan pengertian mengecilkan atau mengerdilkan sesuatu yang besar agar dapat diletakkan dalam ruang yang terbatas. Mengecilkan atau membuat tiruan benda nyata merupakan identitas bangsa Jepang. Barat berhasil dengan ciptaan mereka berupa mobil, traktor, kompor gelombang mikro, dan komputer yang besar.
Akan tetapi, temuan Barat itu kurang menarik bagi orang Asia karena terlalu besar. Dengan konsep bonsainya, Jepang telah berhasil membangun karakter bangsanya sebagai pemodifikasi temuan orang lain atau benda dalam alam semesta. Dengan perkataan lain, dengan karakter membuat tiruan atau membuat sesuatu menjadi kecil, bangsa Jepang telah sukses merebut pasar mobil, traktor tangan, televisi, komputer, dan kompor gelombang mikro di seluruh dunia.
Beberapa contoh yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa bahasa suatu komunitas, etnik, atau bangsa pada awalnya mengatur cara berbahasa (lisan, tulisan, dan isyarat). Aturan berbahasa atau tata bahasa itu dibentuk setelah melalui kurun waktu yang lama yang berkembang sesuai dengan tuntutan atau potensi ideologi, budaya, dan situasi suatu komunitas atau bangsa. Aturan bahasa atau tata bahasa terealisasi dalam konsep, dan menjadi jati diri atau identitas suatu komunitas atau bangsa. Kemajuan suatu bangsa bersumber pada jati diri suatu bangsa dan kemampuannya mendayagunakan karakter atau hikmah budaya bangsa itu yang terealisasi oleh dan menyatu dengan bahasa.
Dengan perkataan lain, bagi bangsa atau kaum yang cemerlang dan mau berpikir, bahasa adalah sumber daya untuk mengembangkan kreasi dan inovasi. Fakta menunjukkan bahwa semua bangsa yang berjaya adalah bangsa yang telah berhasil mengembangkan nilai dan hikmah budayanya dalam bahasanya. Tidak ada bangsa yang cemerlang dengan meminjam atau meniru bahasa bangsa lain (lihat Othman 2008: 172--190; Hassan 2008: 338--364). Korea, Jepang, China, dan Thailand berhasil meneroka budaya mereka dengan menggunakan bahasa mereka untuk meraih kejayaan. Bukan dengan bahasa Inggris!
Diambil dari: | ||
Nama situs | : | TRIBUNnews.com |
Alamat situs | : | http://aceh.tribunnews.com/2015/08/02/bahasa-dan-pembangunan-karakter-bangsa |
Judul artikel | : | Bahasa dan Pembangunan Karakter Bangsa |
Penulis artikel | : | Teguh Santoso (Peneliti Bahasa dan Kepala Balai Bahasa Provinsi Aceh) |
Tanggal akses | : | 19 Desember 2017 |
- Log in to post comments