Bahan Belajar Kristen Online dapatkan di:live.sabda.org

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PELITAKU

Karya Sahabat 2: Tulisan Tangan Penuh Makna (Edisi Khusus Ulang Tahun ke-7)

Oleh: Prasasta Widiadi

Niko kuliah di sebuah perguruan tinggi negeri ternama di Yogyakarta. Telah lama diimpi-impikannya untuk menyelesaikan studi dengan sesegera mungkin. Kemalasan datang sama seperti semester-semester sebelumnya, Niko acap kali tidak konsisten dengan ritme belajarnya. Kadang-kadang, ia bepergian dengan Heri dan Hendri ke luar kota hingga berhari-hari dan membolos kuliah.

Saat semester akhir tiba, Heri dan Hendri sibuk mengerjakan skripsi. Keduanya dari jurusan yang sama dengan Niko, tetapi mereka berdua fokus pada kelulusan dan pekerjaan nantinya. Namun, kebiasaan Niko tak kunjung berubah. Niko malas mengerjakan skripsi. Saat Heri dan Hendri berada di kost, Niko malah pulang kampung ke Subang, Jawa Barat. Orang tua Niko terkejut setengah gembira dan sedih, mengapa anaknya pulang begitu cepat, padahal masa kuliah tinggal sebentar lagi.

Selain itu, mereka sedih karena skripsi tak kunjung dikerjakannya. Ibunya, Suhayati, menasihati agar ia membantu berjaga di rumah makan milik bapaknya, Nurdin, yang letaknya di pinggir kota Subang. Pak Nurdin bingung kenapa Niko tiba-tiba rajin membantu di rumah makannya, Niko menjawab bahwa saat-saat skripsi membuatnya serasa menggantung dan tidak ada kepastian yang jelas tentang masa depan. Pak Nurdin bangga dan bahagia dengan jawaban itu sekaligus marah, seharusnya Niko mengerjakan skripsi sembari membantu para pekerja di rumah makan milik ayahnya itu, barulah membuat Pak nurdin dan bu Suhayati bangga.

Niko mengatakan bahwa ia tak punya hobi menulis, tangannya mendadak kaku kalau harus menulis dengan tangan. Ia selalu menggunakan gadget terkini, telepon selular keluaran terbaru, komputer jinjing dan tablet pun dimilikinya. Tangannya tak lagi terlatih untuk menulis di atas kertas, paling-paling hanya tanda tangan pencairan dana di bank.

Niko pulang kembali ke Yogyakarta. Ia menginap di kost Hendri. Niko heran, ke mana Heri yang tadinya satu kost dengan Hendri. Heri sudah lulus, sekarang sudah pulang kampung, membangun pusat kesehatan di kampung halamannya di Rantepao, Sulawesi. Begitu cepatnya Heri meninggalkan mereka berdua, Hendri masih menggarap skripsi sementara Niko belum berpikir apa-apa. Hendri mengatakan bahwa masa studi dan toleransinya sudah mendekati batas akhir bagi Niko. Hendri menyarankan agar Niko untuk mengambil tema yang sama dengan skripsinya. Niko bingung bagaimana caranya untuk rajin menulis. Hendri mengatakan caranya adalah banyak-banyak memegang pena dan kertas HVS, atau memo harus ada dalam genggaman kita, agar kita terlatih untuk mencintai tulisan, karena Hendri mengatakan bahwa tulisan pada dasarnya adalah hasil karya manusia itu sendiri. Jadi tatkala tulisan tangan kita benar-benar buruk, maka terlihat kualitas diri kita. Sebaliknya tatkala tulisan tangan kita bagus, maka kualitas diri kita juga lebih meningkat dari rata-rata. Niko mengamini pernyataan terakhir Hendri tersebut, Niko bingung bagaimana caranya untuk memulai menulis.

Hendri mengatakan bahwa sesekali dalam sehari kita harus melepas gadget-gadget elektronik yang kita miliki dan menggantinya dengan pena. Hendri menyarankan agar Niko sesekali berkirim surat dengan pacar Niko, Nikita, yang berprofesi sebagai seorang karyawati swasta di Banyuwangi. Niko kali ini tidak berhubungan dengan perangkat seluler maupun elektronik, tetapi Niko mencoba dengan tulis tangan dan ia kirim surat dengan pos. Nikita setuju-setuju saja dengan hal ini, walau awalnya ia menolak gagasan Niko. Nikita sebenarnya juga tidak tahan dengan Niko yang lebih senang berpetualang daripada menyelesaikan masa studinya yang hampir mencapai ambang batas. Awalnya, Nikita sempat tak percaya dengan ide itu, karena kemalasan seorang mahasiswa yang berada pada semester akhir biasanya hanya masalah kemauan dari dalam diri yang kurang. Tetapi kali ini sempat membuat perdebatan panjang dengan Niko, karena bersurat-suratan tak ekonomis dan memboroskan biaya pos dan perangko. Syukurlah Nikita tak menganggap boros dan menghambur-hamburkan biaya, karena demi cintanya kepada Niko, ia rela melakukan aktivitas aneh seperti yang "diperintahkan" Niko.

Pilihan kata yang digunakan Niko dan Nikita berbeda dengan komunikasi yang lazim mereka gunakan saat berkomunikasi dengan sms, pesan Blackberry (BBM), atau surat elektronik (e-mail). Bahasa puitis dan cinta romantisme yang biasanya tidak tertuang dalam percakapan mereka sehari-hari, malah sekarang terlihat dalam surat-suratan dengan media pos tersebut. Niko semakin bersemangat menulis. Niko berterima kasih dan mengucap syukur kepada Tuhan, karena tugas skripsi yang seharusnya sejak dahulu dikerjakan, akhirnya selesai juga karena ada keinginan untuk fokus dan konsentrasi pada menulis.

Tujuh bulan berlalu, saat-saat yang ditunggu tiba -- ujian akhir atau saat yang penting harus dihadapi Niko. Skripsi diujikan dan selesai ujian skripsi Niko mendapat nilai memuaskan. Hendri menyarankan agar setelah skripsi dan kuliah selesai, Niko tetap rajin menulis. Niko menulis surat kepada wakil presiden dengan tulisan tangan. Ajaibnya, Niko mendapat pekerjaan setelah wakil presiden menghargai tulisan tangan, karena dari sekian banyak surat yang masuk ke wakil presiden biasanya diketik dengan komputer atau mesin ketik.

Komentar