Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PELITAKU
Bagaimana Menulis Flash Fiction?
Ruang yang terbatas untuk bercerita bagi flash fiction menuntut penulis untuk tetap mampu menciptakan alur cerita yang mengalir dan saling terkait dari awal hingga akhir. Beberapa tip sederhana untuk dapat menulis flash fiction lebih mudah, sebagai berikut:
Mengawali Proses: Ibarat Jepretan Foto
Menulis flash fiction ibaratnya sebuah jepretan foto. Anda bisa melatih menulis flash fiction dari selembar foto. Ambillah sebuah foto di pasar, di lampu merah, di atas bis yang penuh sesak penumpang, foto penjual kaki lima, atau antrean di kasir bank. Cobalah gambarkan dengan kata-kata sendiri yang terjadi di balik selembar foto tersebut. Mudah-mudahan, dengan bantuan tampilan visual tersebut, kata-kata akan mengalir di atas kertas polos Anda.
Proses Berlangsung: Berpikir Minimalis
Berpikirlah secara minimalis. Ruang flash fiction yang paling sering dipakai umumnya 100 kata. Bayangkan! Apa yang bisa Anda tulis dengan cuma 100 kata? Yang biasa menulis novel mungkin akan stres memikirkan bagaimana cara menulis novel dengan kata yang begitu minim. Tetapi, ternyata Ernest Hemingway, si penulis novel kondang yang pernah meraih Nobel itu, pernah menulis novelnya hanya dalam 6 kata, yaitu: "For Sale; Babys shoes, Never worn," pada tahun 1920. Jadi, apa sih yang tidak mungkin?
Flash fiction tidak jauh berbeda dengan cerpen, hanya sifatnya lebih mini. Karena itu, Agus Noor dan kawan-kawan di Twitter menyebutnya fiksi mini. Minimalkan saja semua bahan membuat cerpen untuk mengelola menjadi sebuah flash fiction, di antaranya:
-
Penokohan, dari karakter cukup satu atau dua tokoh yang ditampilkan.
-
Konflik "Seruput kopi", maksudnya sebuah konflik yang bisa dibahas saat itu dan diselesaikan saat itu pula, contohnya suatu kejadian tawar-menawar barang antara pembeli dan penjual yang cukup alot.
Mengakhiri Proses: Poles Flash Fiction
Agar flash fiction enak untuk dinikmati pembaca, tetapi tidak keluar dari kriterianya, setelah menulis, sebaiknya Anda melakukan beberapa hal berikut:
-
Lakukan pemangkasan seadanya, sebelum disimpan di laci, flash fiction yang telah Anda tulis perlu dipangkas sesuai dengan kebutuhan flash fiction yang ingin Anda tuju, misalnya 55 kata, 100 kata, atau 300 kata. Kemudian, perbaiki ejaan, tanda baca, maupun pengetikan yang keliru sesuai dengan pedoman EYD (Ejaan yang Disempurnakan). Lalu, simpan.
-
Revisi kembali setelah 2 -- 3 hari kemudian. Mengapa tidak cukup dengan pemangkasan awal ketika tulisan telah selesai dibuat? Setelah 3 hari, biasanya pikiran akan bersih dari kontaminasi alur cerita tersebut sehingga Anda bisa lebih objektif dalam menilai karya Anda sendiri, dan akan mampu menemukan titik-titik kelemahan maupun kesalahan yang tidak terlihat sebelumnya.
-
Penggunaan diksi yang tepat. Penggambaran dalam flash fiction terletak pada kata yang dipergunakan. Flash fiction membuat penulis memahami sepenuhnya arti sebuah kata dan manfaat kata untuk menimbulkan efek tertentu pada cerita. Kata "melihat" dengan "mendelik" akan menjadi sangat memengaruhi kesan yang timbul dalam cerita ketika diletakkan dalam susunan kalimat. Pada saat pemolesan inilah, Anda perlu mempertimbangkan diksi yang dipergunakan dalam flash fiction, apakah sudah cukup tepat, kuat, dan mengena pada indera pembaca atau belum. Tulisan yang bisa ditangkap panca indera akan lebih mampu meninggalkan kesan di otak manusia.
-
"Ending" tak terduga, buatlah sesuatu yang memukau dengan akhir cerita. Ingat, kecepatan bercerita pada flash fiction di atas rata-rata. Jangan tinggalkan kisah dengan akhir yang tidak memiliki penyelesaian. Ingat, kisah dengan "ending" menggantung pun memiliki penyelesaian dari permasalahan yang terjadi. Sebuah akhir cerita berkesan tidak mesti dengan kalimat yang berlimpah. Cukup satu dua kalimat yang tepat.
Diambil dan disunting dari:
Nama situs | : | Shvoong |
Alamat URL | : | http://id.shvoong.com/ |
Penulis | : | Mardiana Kappara |
Tanggal akses | : | 10 Desember 2013 |