Bahan Belajar Kristen Online dapatkan di:live.sabda.org

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PELITAKU

Menulis Cerita Anak-Anak yang Bernilai Moral

Menulis cerita pendek yang bermoral untuk anak-anak lebih sulit dari apa yang kita bayangkan. Artikel ini menguraikan beberapa jebakan yang perlu kita dihindari.

1. Jangan membuat cerita Anda terdengar bermoral, instruktif, atau menggurui. Anak-anak tidak suka diremehkan dan mereka tidak senang sikap mereka diatur dengan cara tertentu. Mereka tidak suka diminta bersikap baik. Mereka akan mengeraskan hati. Pesan Anda yang mungkin berguna akan terbuang sia-sia.

2. Jangan memikirkan moral atau nilai yang ingin Anda sampaikan untuk anak-anak pelajari, lalu menciptakan alur dan tokoh-tokoh cerita. Hasilnya akan selalu terkesan menggurui, datar dan tidak menarik.

3. Jangan membuat alur cerita yang mudah, contohnya: sebuah masalah yang diselesaikan oleh malaikat utusan Allah, mimpi yang memberikan jawaban atas sebuah masalah sehingga keesokan paginya masalah itu pun selesai, atau orang baik menolong si anak dengan langsung menyelesaikan sebuah dilema. Kehidupan tidak bekerja semudah itu, walaupun kita menginginkannya demikian. Anak-anak cukup peka untuk mengetahui apakah mereka ditipu dengan jawaban- jawaban yang mudah karena pengalaman mereka sendiri mengatakan bahwa hidup ini lebih rumit.

4. Jangan membuat cerita dengan alur cerita yang berputar-putar, berbelit-belit, dan tak tertebak. Buatlah alur cerita sederhana -- ada permasalahan dalam suatu situasi, ada karakter utama yang berusaha menyelesaikannya, dan akhirnya masalah itu terselesaikan.

5. Jangan membuat penyelesaian eksternal atau dari luar -- biarkan karakter utama menjadi agen perubahan atau agen kebaikan.

6. Jangan memenuhi cerita dengan karakter-karakter yang tidak dibutuhkan. Buatlah alur cerita yang sederhana dan ciptakanlah sedikit mungkin tokoh dalam cerita Anda.

7. Jangan membuat karakter dari binatang-binatang lucu, terutama jika cerita Anda dibuat untuk anak-anak yang berumur di atas 7 tahun. Anak-anak yang lebih besar tidak mudah mencerna cerita-cerita binatang karena cerita-cerita tersebut terkesan untuk bayi. Cerita sebaiknya memunyai tokoh seorang anak atau anak-anak yang baik. Cerita seperti ini dapat diterima dengan baik daripada cerita tentang "Mimi Seekor Kucing" atau binatang mana pun. Sebenarnya, banyak penerbit memutuskan untuk menyingkirkan cerita dengan judul seperti "Mimi seekor kucing" atau "Tiki si Tikus kecil". Untuk alasan yang baik, "anthropomorphis" tidaklah populer untuk banyak kalangan penerbit.

8. Jangan kira satu cerita sesuai untuk semua usia anak, dari anak 3 tahun sampai 13 tahun. Anak-anak sangatlah rumit. Mereka memunyai kebutuhan-kebutuhan emosional dan perkembangan yang khusus. Cerita perlu disesuaikan dengan target kelompok usia tertentu.

9. Jangan kira hanya karena anak Anda atau guru sekolah minggu menyukainya, maka penerbit akan lekas membeli cerita Anda. Anak yang mendengarkan cerita langsung dari mulut Anda menikmati perasaan terhubung dengan Anda. Cerita Anda mungkin tidak cocok dengan kebudayaan, kelompok usia, ras, atau negara yang berbeda.

10. Jangan gunakan tokoh yang stereotip -- Ayah dan anak laki-laki pergi dan bersenang-senang, sedangkan Ibu dan anak perempuan tinggal dan membersihkan rumah.

11. Jangan berikan nama tokoh yang pertama muncul di benak Anda. Barangkali Anda mendengarkan nama-nama yang Anda dengarkan saat masa kecil Anda. Mungkin banyak nama yang sudah kedaluwarsa untuk anak-anak zaman sekarang. Gunakan nama-nama yang umum untuk usia kelompok anak-anak yang Anda targetkan. Mereka pun akan mudah terhubung dengan cerita tersebut. (t/Uly)

Diterjemahkan dari:

Nama Situs : suite101.com
Judul Asli Artikel : Writing a Values Based Children"s Story
Alamat URL : http://writingforchildren.suite101.com/

Komentar