Bahan Belajar Kristen Online dapatkan di:live.sabda.org

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PELITAKU

Menilai Kualitas Terjemahan

Dirangkum oleh: Truly Almendo Pasaribu

Seperti halnya seorang penulis perlu mengembangkan teknik menulisnya, tidak dapat dimungkiri bahwa penerjemah juga perlu mengembangkan kualitas terjemahannya. Penerjemah tidak hanya bertanggung jawab untuk mengalihbahasakan sebuah naskah, tetapi dia juga perlu berperan sebagai pengamat yang mengevaluasi hasil terjemahannya. Hanya saja, penerjemah biasanya merasa sulit menilai pekerjaannya sendiri, karena secara psikologis dia mungkin akan beranggapan terjemahannya sudah bagus. Hal ini tentu saja akan memengaruhi penilaiannya terhadap sebuah teks. Jika demikian, apa yang sebaiknya penerjemah lakukan?

Sebelum melakukan penilaian, sebaiknya penerjemah membiarkan hasil terjemahannya untuk beberapa lama, agar dia tidak teringat pertimbangan yang dia lakukan saat menerjemahkan sebuah naskah. Sesudah menyegarkan pikirannya, barulah dia dapat menilai kualitas terjemahannya.

Setelah siap mengevaluasi terjemahannya, ada tiga hal pokok yang perlu penerjemah perhatikan.

1. Keakuratan

Keakuratan makna referensial harus menjadi pembatas antara "benar" dan "salah". Dalam makna terdapat maksud dan tujuan penulis, maka haram hukumnya jika penerjemah menyimpang dari makna yang dimaksudkan penulis.

2. Kewajaran

Kewajaran juga berperan penting dalam sebuah hasil terjemahan. Jika masih bisa mengikuti gaya bahasa penulis, maka sebaiknya penerjemah mempertahankannya! Akan tetapi, tidak dapat dielakkan bahwa dalam banyak kasus, perombakan sintaksis perlu dilakukan agar makna terasa alami dan wajar.

3. Keterbacaan Bahasa Terjemahan

Makna dari isi naskah terjemahan memang sangatlah penting, tetapi janganlah menjadikannya alasan kita mengacuhkan "kemasan" bahasa terjemahan kita, yaitu aspek keterbacaannya. Jika kita menerjemahkan artikel formal ke dalam bahasa Indonesia, kita wajib mengikuti aturan EYD. Apakah ejaan kita tepat? Apakah fungsi-fungsi kata dalam kalimat sudah jelas? Kita juga perlu menanyakan ulang apakah hasil terjemahan kita sudah lugas dan indah.

Dari ketiga poin di atas, kita bisa membuat kolom evaluasi naskah terjemahan. Contoh di bawah ini adalah yang paling sederhana.

  1. Keakuratan makna referensial: menyimpang/tidak menyimpang.
  2. Kewajaran: wajar/kaku.
  3. Keterbacaan bahasa: baku/tidak baku.

Salah satu cara seorang penerjemah mengevaluasi terjemahannya adalah dengan menghitung frekuensi kesalahan-kesalahannya dari sebuah naskah. Contohnya, jika terdapat empat makna referensial yang menyimpang dari dua puluh kalimat, maka keakuratan makna penerjemah berkisar 80 persen. Selanjutnya, penerjemah perlu memerhatikan kelemahan dari hasil terjemahannya, dan terus berusaha meningkatkan kompetensinya. Mungkin Anda baru menyadari bahwa Anda sering kali melakukan kesalahan pengetikan. Anda mungkin tidak pernah tahu bahwa selama ini Anda selalu tidak sengaja menambahkan arti baru ke sebuah kalimat dan sebagainya.

Semakin sering Anda melakukan evaluasi, Anda akan semakin peka untuk melihat kesalahan yang secara logika tidak mungkin Anda lakukan. Semakin dalam Anda melakukan analisis, semakin jelas kualitas terjemahan Anda. Semakin Anda mengenal kualitas terjemahan Anda, semakin mudah Anda merancang strategi untuk mengatasi kelemahan yang Anda hadapi. Misalnya, jika Anda sering salah ketik, mungkin Anda bisa menggunakan mesin pemeriksaan ejaan dengan perangkat lunak. Jika gaya bahasa Anda kaku atau tidak wajar, barangkali Anda memerlukan waktu untuk membaca ulang secara objektif dan melakukan perbaikan jika perlu.

Singkat kata, teks terjemahan bukanlah karangan "kreatif" penerjemah. Dengan kata lain, penerjemah perlu bersikap netral dalam mengalihbahasakan teks penulis asli. Akan tetapi, penerjemah perlu kreatif dalam mengelola dan mengembangkan kualitas terjemahan mereka. Selamat berkarya!

Referensi:

1. Machali, Rochayah. 2000. Pedoman Bagi Penerjemah. Jakarta: Gramedia.

2. Indarta, Ade. "Meningkatkan Kualitas Terjemahan melalui Evaluasi Mandiri. Dalam http://blog.bahtera.org/2010/02/

Komentar