Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PELITAKU
Sepuluh Hal Seputar Adaptasi Tulisan
Dalam tulisan "Sepuluh Hal Seputar Adaptasi Tulisan", ada istilah "adaptasi" dan "menjiplak". Dua istilah itu sangat berbeda secara makna dan praktisnya. Namun, kadang kita sedikit terperangkap dengan "kehalalan" mengadaptasi tulisan orang. Nah, bagaimana mengatasinya? Yuk, kita renungkan saran dari Mba Ari Kinoysan Wulandari berikut!
1. Adaptasi dan menuliskan kembali itu boleh. Tetapi, yang mesti dihindari adalah menjiplak. Setiap kali kita menjiplak, maka Allah akan mengurangi satu pikiran kreatif kita. Makin sering menjiplak, makin bodohlah diri kita.
2. Aturan adaptasi lebih kurang seperti ini:
- Ide boleh sama, bisa dimiliki siapa saja.
- Seluruh penulisan harus beda.
- Karakter harus dimodifikasi.
- Dialog juga tidak boleh sama.
- Setting harus berbeda.
Intinya: adaptasi untuk cerita adalah pada batasan ide yang sama, tetapi dalam segala hal dari tata cara, sudut pandang, model, karakter harus beda.
3.. Ada yang memberi usulan adaptasi dengan cerita mirip-mirip boleh, tetapi batasannya 20 persen saja dari total seluruh naskah yang diadaptasi.
4. Ini berbeda dengan urusan pembelian copyright, lisensi. Banyak pula yang memang kontrak kerja samanya harus dialihkan dengan model (versi) Indonesia saja tanpa boleh mengganti apa pun, termasuk satu kata dialog sekali pun.
5. Kalau adaptasi saja bebas, boleh dalam batas-batas wajar. Tidak ada yang klaim. Permasalahan klaim mengklaim dan gugat menggugat ini biasanya kalau karya adaptasi BOOMING, maka yang terjadi pastilah heboh sampai seret-seretan ke pengadilan segala karena duitnya memang BANYAK.
6. Kalau adaptasinya hanya ide yang sama, sumber tak perlu disebutkan. Tetapi kalau banyak, ya disebutkan. Ada etika tak tertulis untuk memberi surat pemberitahuan pada PENULIS, PENERBIT. Tidak dipungut bayaran kok. Hanya untuk sopan santun saja.
7. Karya adaptasi sering juga sebagai PERSETUJUAN, BANTAHAN, SANGGAHAN, PENYEMPURNAAN suatu karya sebelumnya. Misalnya, Umar Kayam menulis karya legendaris PARA PRIAYI itu sebetulnya modifikasi dan bantahan untuk karya CLIFFORD GERTZ yang bicara soal Priayi, Santri Abangan, dan Kalangan Petani. Dan, tidak ada seorang pun yang mengklaim Para Priayi itu sebagai bantahan untuk karya Gertz.
8. Menjiplak persis biasanya kalau untuk diri sendiri tidak ada yang klaim. Tetapi kalau sudah urusan komersial, diperdagangkan, disiarkan, diakui sebagai karya penjiplak; baru JADI MASALAH.
9. Sebenarnya, kalau mau curang sih bisa saja, asal tidak ketahuan. Tetapi kalau ketahuan, -- hari serba internet serba canggih begini, apa yang tidak ketahuan? -- SIAP-SIAP saja. Itu MEMATIKAN MASA DEPAN sendiri.
10. Intinya, teman-teman, jangan takut MEMBUAT KARYA ORISINIL. Yang bagus itu tidak harus yang berbau luar negeri kok. Ayolah, kunjungi daerah-daerah Indonesia, berjalanlah. Pasti akan tahu, kita ini lebih kaya dari negeri-negeri jiran di sekitar kita. Mari ciptakan kiblat, bukan berkiblat kepada negeri orang.
Diambil dan disunting dari: | ||
Nama situs | : | Rose Diana |
Alamat URL | : | http://www.rosediana.com/literasi/10-hal-seputar-adaptasi-tulisan/ |
Judul asli artikel | : | 10 Hal Seputar Adaptasi Tulisan |
Penulis | : | Dee Ann Rose |
Tanggal akses | : | 19 November 2013 |