Skip to main content

Genit

Memilih kata di dalam berbahasa pada praktiknya tidak mudah. Akan selalu ada kata yang terasa kurang persis mewakili suatu maksud. Namun juga, akan selalu ada godaan bergenit-genit, memamerkan berbagai model gaya. Hal ini dapat di lihat dalam penggunaan kata. Ada penulis yang tergoda untuk lebih mengutamakan efek -- entah kemerduan bunyi, kesan intelektual, atau cuma ingin beda sendiri -- daripada keperluan menyampaikan pengertian yang jelas.

Harapan Pada Bahasa

Gambar

Jika pertanyaan Shakespeare mengenai kandungan suatu nama dijawab di Indonesia, dapat dipastikan bahwa jawabannya panjang lebar. Memang, baik nama orang maupun nama tempat (toko, sekolah, dan sebagainya), dipilih dengan sangat saksama di Nusantara. Keadaan ini disebabkan adanya harapan bahwa suatu nama akan membawa berkah jika dipilih dengan matang. Itu sebabnya, penyanyi dangdut yang lagi terkenal bernama "Nurjannah" dan bukan "Narjunub", misalnya, dan toko sembako terdekat dinamakan "Makmur" dan bukan "Malang". Ditambah lagi, tetangga kita bernama "Pak Slamet" dan bukan "Pak Sakit", sedangkan perusahaan bus antarkota dinamakan "Langsung Jaya" dan bukan "Langsung Bahaya".

Sinetron Punya Andil Rusak Bahasa

Tayangan Sinetron (sinema elektronik) di sejumlah televisi swasta, diperkirakan memiliki andil dalam merusak Bahasa Indonesia. Hal itu terjadi karena di dalam dialognya, banyak menggunakan istilah-istilah asing serta bahasa pasaran (bahasa gaul).

"Kondisi ini perlu dicermati, mengingat hal ini terjadi justru di tengah upaya pemerintah untuk membangun identitas diri sebagai suatu bangsa."

Sastra Itu "Berat"

Sekretaris Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Cabang Yogyakarta, baru-baru ini menyatakan bahwa hanya 5 persen dari semua perusahaan penerbitan di Yogyakarta, yang menerbitkan buku-buku sastra, karena para penerbit menganggap buku sastra itu "berat" -- baik materi dan bahasanya, sehingga kurang laku di pasaran (Kompas, 6 Oktober 2010, Halaman 12). Karena anggapan tersebut, maka para penerbit kurang begitu berminat menerbitkan buku-buku sastra. Sekretaris IKAPI Yogyakarta juga mengatakan bahwa buku cerita dan novel populer sangat laku di pasaran.

Ragam Tutur dan Kesantunan

Seorang mahasiswa di Semarang yang tidak mau disebut namanya, menanyakan bedanya rasa hormat dan rasa santun. Tingkat tutur atau "speech level" dalam masyarakat tutur Jawa, digunakan untuk menyampaikan rasa hormat ataukah rasa santun? Hadirnya bahasa ragam tutur yang sepertinya sekarang lebih banyak berkembang dan lebih banyak diminati daripada bahasa baku, harus dipahami sebagai fenomena bahasa yang bagaimana? Bagaimana gambaran perkembangan bahasa di masa mendatang, jika dikaitkan dengan fenomena bahasa itu? Mohon penjelasan!

Pake "kes" Apa "kad"?

Lain hari lain cerita. Istri saya mau mencuci muka di salon kecantikan. Eh, salah: istri mau "facial" di "beauty" salon. Di sampingnya ada yang sedang "treatment", entah itu apa. Saya sendiri tidak ikut karena sibuk dengan buku "Islam Liberal", Zoly Qodir: "Gerakan "civil society" seakan-akan melakukan "take over" karena memang negara benar-benar tidak bisa lagi menjadi "public service"", tulisnya (hlm 16). Aduh, pusing lagi.

Murahnya Janji

Saya pernah menyimak iklan sebuah klinik transplantasi rambut yang terpasang di koran ini. Klinik itu menawarkan rambut kepada para orang botak dengan slogan: "Bukan janji, tapi pasti!" Di koran ini juga seorang pelanggan mengirim surat pembaca yang isinya mengeluhkan pelayanan salah satu bank nasional. Penawaran kartu kredit yang diterima penulis surat itu dianggap "hanya janji". Mari kita telusuri kata janji sesaat.

Nasib Kata

Dalam dunia kehidupan, spesies-spesies dan variannya lahir dan mati menurut kemampuan mereka bertahan dalam lingkungan yang terus berubah. Setiap jenis makhluk hidup harus berjuang sangat keras mempertahankan keberadaannya. Memang ada sebagian kecil yang karena sudah sangat adaptif sehingga tidak perlu berubah untuk waktu yang lama (spesies ikan hiu bertahan tanpa banyak perubahan selama ratusan juta tahun), tetapi sebagian besar spesies harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya atau akan mati.