Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PELITAKU
Catatan dari Sebuah Klub Menulis
Salah satu hal yang membuat saya takjub pada hidup adalah ketika kita membiarkan hal-hal yang tak terduga datang. Kita seakan mengapung dengan keseimbangan "sempurna" di dalamnya. Tak ada dorongan berlebihan karena asa yang meluap-luap. Tak ada sesak karena penolakan dalam diri. Mengalir, begitu saja.
Seperti keberadaan saya di sebuah klub menulis ini. Tak terduga. Tanpa saya cari, tanpa saya tolak. Saya terima begitu saja, ketika ajakan dari seorang kawan itu menghampiri. Ini adalah klub menulis yang unik. Yang saya tahu, kebanyakan klub menulis di luar sana adalah sebuah klub yang lepas, hanya didasari oleh minat menulis. Tapi klub menulis ini dipayungi oleh satu organisasi dan berbicara atas nama satu sektor, HIV dan AIDS. Klub menulis ini bernama Klub Menulis Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN), memiliki "tagline": Klub Menulis yang Menyenangkan.
Di dalamnya, tentu saja adalah individu-individu yang berderap di penanggulangan HIV dan AIDS, mulai dari sisi manajerial hingga mereka yang turun langsung mengorganisir jaringan. Pertama masuk ke klub tentu saja saya celingukan. Bagi saya, tentu saja ini hal yang baru. Meskipun sebelumnya saya juga sudah bergabung di kelas menulis Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) DKI Jakarta yang banyak bicara tentang "case reproduction" (untuk yang ini suatu waktu akan saya ceritakan juga), tapi ranah tentang AIDS belum banyak tertangkup dalam bilur-bilur otak saya. Saya hanya berbekal kemampuan menulis yang tidak seberapa, lalu dengan keberanian besar membagikan ilmu itu pada mereka.
Sesuatu yang baru, tentu saja membawa wawasan dan pengetahuan baru. Yang saya lakukan kemudian adalah menerima hal-hal baru itu, menyingkirkan semua stigma tentang virus menakutkan itu dan kemudian ikut berbicara dengan bahasa mereka. Hasilnya, memang pas betul dengan tagline-nya: menyenangkan. Berpadu dengan mereka, mengapung dengan "sempurna" di sana justru membawa saya menerima banyak pembelajaran tentang ranah yang tak pernah saya duga, pembelajaran baru lagi tentang kehidupan di luar diri saya. Dan tentu saja, yang paling menyenangkan adalah ketika berbagi perihal kepenulisan kepada mereka. Mereka belajar, saya juga banyak belajar dari mereka. Menyenangkan!
Klub menulis ini pernah membawa saya berbagi dengan para Program Manager Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) yang datang dari 33 provinsi. Berhadapan langsung dengan 33 sosok yang datang dari daerah berbeda, berkumpul selama tiga hari untuk berbicara tentang satu hal, "capacity building" dalam hal penulisan, di situ letak serunya. Saya selipkan beragam permainan menarik untuk menyemarakkan jam-jam kami dan tentu saja berharap bisa menajamkan pemahaman tentang kegiatan menulis, yang ternyata menjadi momok bagi mereka. Tapi, di akhir sesi, paling tidak, Ejaan Bahasa Indonesia (EYD) yang disempurnakan menjadi gembolan mereka pulang.
Kemarin, saya baru saja pulang dari pertemuan Klub Menulis KPAN di Puncak. Biasanya, kami bertemu di markas KPAN di Thamrin, kali ini pertemuan sengaja diadakan di Puncak, agar kami bisa fokus membahas terbitan-terbitan yang sedang digarap dan merencanakan kegiatan di tahun 2009.
Di sinilah saya mulai mengenal secara pribadi kawan-kawan satu klub. Begitu pun mereka, mulai mengenal saya lebih dekat. Kedekatan ini menjadikan komunikasi lebih terbuka. Yang paling menggembirakan bagi saya adalah antusias mereka untuk belajar tentang kepenulisan. Sehari-hari mereka terlibat dalam pengorganisiran, tapi dalam hal penulisan, mereka seperti sedang di padang tandus dan haus akan bekal untuk menulis. Sementara, saya melihat mereka punya banyak hal menarik untuk diceritakan pada dunia. Antusiasme ini mendorong saya makin bersyukur dengan kondisi "mengapung dengan sempurna" ini. Karena dengan begitu, saya bisa menerima seluas-luasnya dan mengimbanginya dengan memberi sebanyak-banyaknya.
Ini sebuah kondisi mengapung yang menyenangkan. Dan inilah salah satu pembelajaran hidup lagi, bahwa kadang biarkan saja ia mengalir karena ia bukan hanya meminta, tapi juga memberi. Lalu hidup pun akan kembali memberi kita hal-hal yang tak terduga sebagai imbalannya. Baik atau buruk, itu adalah pemberian yang memberikan makna bagi kita. Semoga.
"Kita hanya bisa memahami keajaiban hidup secara penuh ketika membiarkan yang tak terduga untuk terjadi." (Paulo Coelho)
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama situs | : | Ladang Kata |
Penulis | : | Lisa Febriyanti |
Alamat URL | : |
- 2 reads