Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PELITAKU
Menginspirasi Penulis Generasi Baru Melalui Blogging
Saat itu, akhirnya tiba. Ini adalah impian setiap guru. Siswa tidak lagi menulis untuk mendapat nilai atau untuk guru mereka. Sebaliknya, mereka menulis untuk rekan-rekan mereka dan membuat topik mereka sendiri. Dapatkah hal itu benar-benar menjadi mungkin?
Pada musim gugur tahun 2011, saya mengenalkan murid-murid saya pada penulisan blog untuk pertama kalinya. Saya tidak menyangka itu akan menjadi ide yang memberi dampak besar di kelas saya. Menulis blog telah memungkinkan penulis-penulis saya untuk menemukan ekspresi mereka yang unik dan menemukan cinta sejati dari menulis. Ini memberi mereka sebuah media kreatif tempat mereka bisa mengekspresikan diri mereka, menantang kemampuan menulis mereka, dan membangun harga diri mereka.
Ada banyak pendekatan untuk memasukkan penulisan blog ke dalam kurikulum. Beberapa guru menetapkan topik, dan beberapa tidak. Di kelas saya, kami memiliki kombinasi kiriman blog yang diarahkan oleh guru dan beberapa yang diprakarsai oleh siswa.
Sepanjang tahun, siswa-siswa saya menanggapi permintaan khusus sebagai tugas. Mereka mungkin diminta untuk merefleksikan pembelajaran mereka di akhir mata pelajaran atau mengeksplorasi topik yang terkait langsung dengan pelajaran yang akan datang. Blog siswa saya juga berfungsi sebagai e-Portfolio (Portofolio elektronik - Red.) yang menampilkan proyek yang telah mereka selesaikan selama tahun itu.
Namun, karena saya juga ingin murid-murid saya memiliki blog milik mereka sendiri, saya mendorong mereka untuk menulis topik yang sesuai dengan mereka secara pribadi. Mereka diperbolehkan untuk menulis topik apa pun selama kontennya sesuai dengan lingkup pendidikan. Melalui tulisan-tulisan yang diarahkan oleh diri sendiri ini, saya mempelajari detail-detail indah tentang murid-murid saya. Saya menemukan bahwa beberapa murid gemar menari atau bermain golf. Yang lain bergumul dengan apa artinya menjadi remaja atau bagaimana memenuhi harapan orangtua mereka. Beberapa dari mereka sangat berpendirian dan tidak malu-malu mengatakan dengan tepat apa pendapat mereka tentang dunia. Yang lain menggunakan blog mereka untuk memublikasikan cerita-cerita pendek yang mereka tulis. Saya suka bahwa beberapa dari mereka telah menemukan ceruk mereka sendiri dan bahwa mereka menemukan blogging sebagai bentuk ekspresi diri yang hebat.
Ada juga penulis-penulis yang menggerakkan saya dengan intelektualisme dan kedewasaan mereka, seperti murid kelas 8 saya yang sebelumnya. Dia adalah siswa berprestasi tinggi yang sangat pemalu di kelas. Dia brilian/cemerlang, tetapi hanya memiliki sedikit kesempatan untuk menunjukkan bakat tersembunyinya. Debutnya muncul dalam bentuk tulisan yang bagus tentang mengajar nenek imigrannya untuk menggunakan internet. Dalam karyanya, dia membicarakan sebuah epifani tentang silsilah keluarga dan relasinya dengan neneknya.
"Kami sangat berbeda: saya, dengan slang (bahasa gaul - Red.) saya dan nenek saya dengan bahasa Korea tradisionalnya. Sejarah kami menyebabkan penghalang di antara kami, tetapi itulah hal yang juga menjadi benang merah, merajut kami bersama. Terkadang saya bertanya-tanya, ke mana semuanya akan menuju, kebiasaan tradisional, bahasa, legenda budaya, dan adat istiadat? Dengan masyarakat kami yang begitu teredam oleh tren berbasis modern dan budaya berbasis hiburan, siapa yang akan meneruskan asal usul identitas kami, sejarah keberadaan kami?"
Kiriman blognya luar biasa, layak dipublikasikan, dan sekarang, karena blogging, dia memiliki platform untuk kreativitasnya.
Saya sekarang bukan lagi satu-satunya pembaca tulisan siswa saya. Dunia telah menjadi pendengar mereka, dan saya telah mencari cara untuk memperluas pembaca mereka melampaui batas kelas saya sendiri. Saya telah menghubungi Jaringan Pembelajaran Pribadi (Personal Learning Network/PLN) saya di media sosial, meminta pembaca menggunakan hashtag Twitter #comments4kids, menemukan pendidik melalui S2S Blog Connect, dan mendaftar untuk membentuk kemitraan dengan guru lain melalui Quadblogging.net. Sebagai hasil dari koneksi ini, blog kami memiliki pembaca dari berbagai belahan dunia. Murid-murid saya secara teratur berharap bisa membaca komentar yang ditinggalkan oleh pengunjung kami, dan mereka semakin bangga atas semua pujian yang mereka terima. Tentang saya, saya sama bersemangatnya seperti mereka. Saya terpukau oleh betapa reflektif, dewasa, dan intelektual kiriman mereka jadinya.
Blogging mungkin bukan genre penulisan yang khas pada banyak kelas bahasa Inggris. Akan tetapi, mungkin itu seharusnya memang menjadi suatu genre yang khas, apalagi kalau itu berarti kita bisa menginspirasi generasi pelajar untuk menjadi penulis dan blogger berbakat. Siswa-siswa kita sangat kreatif; mereka hanya butuh panggung tempat mereka bisa bersinar. (t/Jing-Jing)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | KQED Education |
Alamat situs | : | https://ww2.kqed.org/learning/2016/09/13/how-to-inspire-a-new-generation-of-writers-through-blogging/ |
Judul asli artikel | : | How to Inspire a New Generation of Writers Through Blogging |
Penulis artikel | : | Alice Chen |
Tanggal akses | : | 16 September 2016 |
- Log in to post comments