Bahan Belajar Kristen Online dapatkan di:live.sabda.org

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PELITAKU

Mengapa Saya Menjadi Penulis Kristiani? Karena di Sini Ada Cinta

Berikut ini adalah rangkuman kesaksian dari Ida Cynthia S., seorang penulis Majalah Kartini, Anita-Cemerlang, Mahkota dan Nona, Jakarta, mengenai pengalamannya dalam menulis. Silakan Anda menyimak sajiannya berikut ini.

Awalnya, Ida diminta untuk menulis sebuah artikel dengan tema Mengapa Saya Menjadi Penulis Kristiani?. Tadinya, ia sangat canggung untuk menulis artikel yang diminta itu. Namun, kemudian, ia dapat menepis rasa canggung itu ketika dia memiliki kemauan untuk menyaksikan apa yang sudah diperbuat Allah baginya.

Gambar: Panggilan Menulis

Ia menyadari panggilan-Nya untuk menyaksikan Injil bagi setiap orang di segala tempat. Untuk itu, ia menulis tentang kasih Allah dan segala hal tentang Dia. Pada mulanya, ia hanya mengetahui bahwa Yesus itu adalah orang baik, dan Tuhan yang sama yang dipercayai oleh semua orang. Karenanya, jika ada tulisannya yang menyisipkan kata "Tuhan", yang dia maksud adalah Tuhan yang sebatas itu saja. Dahulu, dia tidak tahu apa yang dia tulis.

Ayah Ida adalah seorang yang pernah berkecimpung di bidang penerbitan. Pada waktu itu, Ida tidak tahu, sebenarnya ayahnya sering melibatkannya dalam dunia tulis-menulis dengan menyuruh Ida menilai karya-karyanya. Sebelumnya, Ida sudah akrab dengan bacaan-bacaan. Bacaan-bacaan tersebut tidak hanya buku-buku H. C. Anderson, tetapi juga buku-buku cerita Alkitab. Namun, cerita-cerita Alkitab itu tidak dipahaminya secara rohani. Dia memahami cerita-cerita Alkitab itu, seperti dia memahami cerita Gadis Korek Api karya H. C. Andersen. Kesukaan membaca buku-buku tersebut berlanjut sampai pada kesukaan membaca majalah dan membaca bacaan yang sedikit lebih berat. Dan, saat itulah, Ida ingin menulis sesuatu seperti yang dibacanya. Dengan perjuangan yang keras, bahkan hampir putus asa, Ida terus menulis. Ayahnya terus memberikan dukungan kepadanya. Meskipun begitu, keberanian menulis Ida masih saja di lingkungan sendiri.

Suatu saat, dalam hatinya ada perasaan tidak puas karena tidak berani menulis keluar. Karena itu, ia membaca tulisan yang ditulis oleh orang-orang muda, baik di majalah maupun buku-buku. Lalu, ia berniat untuk mencoba. Ia juga belajar dari teman penulis yang sudah berpengalaman, dia bertanya, dia membaca, kemudian dia mencoba menulis keluar. Ternyata, hasilnya mengecewakan. Tebersit pemikiran bahwa dia memang bisa menulis, tetapi dia bukan penulis. Namun, hal itu tidak menghentikannya, dia mencoba dan terus mencoba, dan pada akhirnya, dia berhasil menulis keluar. Tentu saja, ia merasa gembira.

Dan, dengan berjalannya waktu, Ida menyadari bahwa Tuhan telah merencanakan hidupnya. Ida menyadari bahwa ketika dia duduk di bangku sekolah menengah yang dapat menghasilkan "penjual kata lewat lisan dan tulisan" itu karena ada yang menuntunnya ke sana, ya, Dialah Tuhan. Tulisan-tulisannya mulai menyinggahi banyak tempat. Namun anehnya, Ida masih merasa tidak puas dengan apa yang dilakukannya walaupun dia telah berhasil menulis keluar sesuai dengan keinginannya. Ida hampir tidak mendapat jawaban atas perasaan tidak puasnya itu. Sekalipun Ida tetap berada dalam suasana hidup orang Kristen, tetapi dia tidak mempunyai persekutuan yang manis dengan Tuhan. Ia tidak mengenal kelahiran baru sehingga dia berpendapat bahwa Tuhan ya Tuhan, diingat kalau memang ingin diingat.

Saya menulis tentang Tuhan supaya orang mengenal-Nya dan yang mengenal-Nya pun menyadari kehadiran-Nya. (Ida Cynthia s.)

Facebook Twitter WhatsApp Telegram

Pada tahun 1979, ayahnya meninggal dunia. Karena sangat kehilangan, Ida memprotes Tuhan, dan masa-masa ini menjadi masa-masa krisis dalam hubungannya dengan Tuhan. Namun, dia tidak dapat protes dan tidak dapat marah kepada Tuhan. Pada saat Ida berdiam diri, Tuhan berbicara kepada-Nya, demikian, "Rancangan-Ku bukanlah rancanganmu dan jalanmu bukanlah jalan-Ku" (Yesaya 55:8). Dengan demikian, Ida mengerti bahwa perkara yang terjadi itu yang terbaik untuknya. Selang satu bulan, Ida kembali diproses untuk mengakui bahwa ia adalah makhluk kecil yang lemah. Sakit keras dan kesembuhan Ilahi membuat Ida bertekuk lutut, dan pada akhirnya, mengakui kalau Yesus mengasihinya. Ida kembali kepada-Nya. Pada saat kebaktian tahunan di Batu, Malang, tahun 1980, Ida mengikuti pelayanan pribadi, dan di situ ia mengerti betapa besarnya cinta Tuhan kepada dirinya. Kemudian, Ida berkomitmen akan menulis untuk kemuliaan nama-Nya.

Perjalanan keinginan tidak mudah diwujudkan. Ida terus bergumul dengan komitmennya itu. Langkah praktis yang dilakukannya adalah membaca dan terus membaca. Ida membaca Perjalanan Bersama Yesus dari John Sung, Esther Ahn Kim, Nicky Cruz, Hudson Taylor, dan dari banyak hamba Tuhan lainnya. Dari situ, Ida menyadari bahwa semua anak Tuhan menjadi saksi-saksi-Nya berangkat dari ketidaklayakan. Dan, sepanjang hidup mereka tidak menjadi sia-sia karena mereka berbuat sesuatu untuk kemuliaan Tuhan. Ida ingin seperti mereka.

Kemudian, Ida menulis untuk Dia yang dicintainya tanpa pamrih. Ida menyadari bahwa dengan talenta yang Tuhan berikan kepadanya, dia mempunyai kesempatan untuk memuliakan-Nya. Dan sejak itu, Ida menulis tentang Tuhan supaya orang mengenal-Nya dan yang mengenal-Nya pun menyadari kehadiran-Nya. Sekalipun jalannya tidak mudah, tetapi Ida terus menulis karena Ia rindu menyaksikan Tuhan, terutama melalui apa yang dapat diberikannya, yaitu menulis. Ida mengakui bahwa memang dia tidak akan pernah menulis tanpa membaca, dan Ida menyadari hubungan erat antara keduanya. Dari Injil, Ida banyak mengenal tentang Dia. Dari mereka yang penulisnya tidak Ida kenal, dia mengenal cinta-Nya pada masa kini. Demikian Ida memuliakan Tuhan melalui talenta yang diberikan kepadanya, yaitu menulis.

Audio Mengapa Saya Menjadi Penulis Kristiani?

Bahan dirangkum dari sumber:
Judul buku : Visi Pelayanan Literatur
Judul artikel : Mengapa Saya Menjadi Penulis Kristiani? Karena di Sini Ada Cinta
Penulis : Ida Cynthia S.
Penerbit : Yayasan Andi, Yogyakarta, 1989
Halaman : 75 -- 85

Komentar