Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PELITAKU
Melakukan Penatalayanan Keterampilan Menulis
Ada begitu banyak alasan bagus untuk tidak menulis. Maksud saya, apakah orang-orang masih membaca? Setiap orang memiliki sesuatu untuk dikatakan dan internet adalah hiruk-pikuk virtual. Mengapa menambah kebisingan? Terutama ketika menulis itu sulit. Dan sendirian.
Apakah hal itu sepadan?
Penulis Kristen bergumul dengan pertanyaan-pertanyaan ini, seperti yang dilakukan oleh semua penulis. Memang, semua penulis bertanya pada diri mereka sendiri setidaknya sekali dalam karier mereka, atau lebih tepatnya, setidaknya sekali dalam sehari.
Akan tetapi, jawaban orang Kristen adalah unik. Tanggapan orang Kristen terhadap pertanyaan "Mengapa menulis?" berbeda dengan orang yang tidak percaya. Bukan untuk mencari nama bagi diri sendiri, atau untuk menjadi buku terlaris, atau bahkan (walaupun mungkin yang kedua) untuk memberi informasi atau berpendapat atau berkarya.
Tanggapan orang Kristen terhadap pertanyaan "Mengapa menulis?" adalah penatalayanan.
Menulis adalah Penatalayanan
Menulis sama seperti segala sesuatu yang lain dalam hidup: sebuah kesempatan untuk mempraktikkan penatalayanan. Orang Kristen yang setia merefleksikan semua bidang -- tempat kelahiran, tingkat sosial ekonomi, pendidikan, rumah, keluarga, keterampilan dan kemampuan, hasrat, rasa sakit, semuanya -- dan bertanya kepada Tuhan, "Bagaimana Engkau ingin aku menggunakan semuanya ini?"
Secara khusus, penulis Kristen bertanya, "Tuhan, bagaimana Engkau ingin saya menggunakan keinginan saya untuk menulis, kemampuan saya untuk menulis, sumber daya yang Engkau berikan kepada saya untuk menulis (waktu, pengetahuan, laptop, platform) di dalam nama Yesus?"
Jawaban Allah ditemukan dalam perintah terbesar: kita harus menulis untuk mengasihi Dia dan mengasihi sesama (Lukas 10:27). Kita dipanggil untuk menggunakan kemampuan menulis dan kesempatan yang ada untuk mengasihi Allah dan mengasihi sesama.
Sampai pada kesimpulan ini adalah kuncinya. Karena menulis itu sulit. Tidak hanya tugas menulis yang sebenarnya sulit (berpikir kritis, meletakkan pena di atas kertas, merumuskan pemikiran, berkomunikasi dengan cara yang bermanfaat dan memenangkan jika orang lain akan membacanya), tetapi pergumulan batin dalam menulis juga sulit.
Perang Batin Sang Penulis
Perang batin dan rohani terjadi dalam diri setiap penulis Kristen. Spektrum kita berayun dengan liar, dari membanggakan diri sendiri sampai membenci diri sendiri. Suatu hari kita berpikir bahwa tulisan kita adalah emas murni. Dan pada hari berikutnya kita berpikir bahwa tulisan kita adalah sampah dan kita merasa malu jika ada orang yang melihatnya. Kita takut akan pendapat orang lain. Apa yang akan mereka pikirkan? kita bertanya berulang-ulang di dalam kepala kita. Apa saya menyinggung? Apakah saya terlihat terlalu kuat? Terlalu lemah? Apakah teologi saya benar? Apakah ilustrasi saya konyol? Apakah saya tahu apa yang saya bicarakan?
Perang batin dapat terjadi begitu hebatnya sehingga kita tergoda untuk menyerah. Jika pekerjaan terasa berat dan sepi, internet berisik, dan rak-rak buku di toko buku sudah penuh sesak, mengapa bersikeras?
Karena Allah menciptakan Anda dan saya dengan keinginan dan dorongan untuk menulis. Itu adalah anugerah-Nya, ciptaan-Nya. Dan Dia meminta kita untuk menggunakannya untuk mengasihi Dia dan mengasihi orang lain.
Menulis adalah Ibadah dan Misi
Seperti halnya mengasihi Allah, menulis dalam Kristen adalah sebuah tindakan untuk merenungkan Tuhan Allah kita dari Kitab Suci. Menulis adalah alat pengudusan, yang memungkinkan kita untuk bergumul dengan apa yang kita pelajari, menuangkannya ke dalam pikiran yang kohesif, untuk berfokus pada kebaikan Allah dan karya-Nya di dunia ini. Menulis menumbuhkan manusia batiniah, bahkan ketika perang berkecamuk.
Dan untuk mengasihi orang lain, menulis, di tangan Allah, adalah pelayanan (hanya menurut kehendak dan perkenanan-Nya). Ini adalah salah satu cara untuk mengasihi sesama, yaitu dengan melayani para pembaca. Karena susunan dan konteks kita yang unik, pendengar yang unik yang kita miliki, dan hubungan yang unik yang kita miliki dengan orang-orang terkasih yang membaca tulisan kita, Allah dapat menggunakannya untuk pengudusan mereka juga.
Dengan demikian, teman-teman penulis, menulis bukanlah tentang Anda dan saya. Menulis adalah tentang Sang Pencipta, Sang Pemberi Kehidupan. Kita adalah milik-Nya. Kata-kata kita, tulisan kita, blog dan buku-buku kita serta pendalaman Alkitab adalah sebuah persembahan kepada-Nya, sebuah tindakan penyembahan dan sebuah tindakan misi.
Ketika saya tergoda untuk membenci diri sendiri atau mempromosikan diri sendiri, ketika saya dilumpuhkan oleh rasa takut akan apa yang orang lain pikirkan tentang saya, ketika saya tergoda untuk menyerah, saya harus ingat, tulisan saya bukanlah tentang saya. Saya harus mengarahkan pandangan saya kepada Yesus.
Kita Menulis dengan Iman
Tulisan kita adalah oleh Dia dan melalui Dia dan untuk Dia (Kolose 1:16). Kita adalah anak-anak-Nya dan Dia sendiri yang telah memperlengkapi kita dan memanggil kita untuk menulis sebagai perbuatan iman dan bukan perbuatan karena melihat. Allah ada di surga dan akan melakukan apa yang Dia kehendaki dengan kata-kata yang kita keluarkan ke dalam dunia-Nya. Hasilnya terserah kepada Dia; itu bukan urusan kita. Perhatian kita adalah ketaatan, kesetiaan, penatalayanan.
Jadi, kita menulis untuk penyembahan dan misi, dan dengan kerendahan hati serta memohon kepada Allah untuk memimpin dan menolong kita ketika kita goyah. Kita memperbaharui pikiran kita dengan Firman Allah, kita memohon kekuatan dan pimpinan dari Roh Allah, dan kita mengakui dosa-dosa kita dan bergandengan tangan dengan umat Allah. Dengan ketiga karunia inilah -- Firman, Roh, dan umat Allah -- kita memperlengkapi diri kita untuk panggilan menulis.
Memang benar. Ada banyak alasan untuk tidak menulis. Rasa tidak aman dan ketidakpastian kita sangat banyak. Tetapi Allah, penulis Kristen bertanya, apakah menghormati Dia itu sepadan? Apakah berbicara tentang kasih karunia dan kebenaran dalam dunia yang gelap ini layak dilakukan? Bahkan jika kita gagal? Bahkan jika kita tersandung? Bahkan jika kita kikuk?
Ya, karena tulisan kita bukan tentang Anda dan saya. Bagi penulis Kristen, ini adalah tentang Allah Allah kita, pemberi kehidupan dan karunia serta firman yang baik. Dia adalah penebus kita dan bekerja bahkan melalui kelemahan kita.
Menulis adalah penatalayanan. Ini adalah penyembahan. Ini adalah misi. Ini dilakukan dalam iman, oleh Dia dan melalui Dia dan untuk Dia. (t/Jing-jing)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Servantsofgrace.org |
Alamat situs | : | https://servantsofgrace.org/stewarding-the-skill-of-writing/ |
Judul asli artikel | : | Stewarding the Skill of Writing |
Penulis artikel | : | Jen Oshman |
- Log in to post comments