Bahan Belajar Kristen Online dapatkan di:live.sabda.org

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PELITAKU

Maaf

Oleh SAMSUDIN BERLIAN

Tak salah lagi! Kata minggu ini ialah: maaf. Sebagaimana kata-kata besar pada umumnya, makin sering digunakan, makin kabur artinya. Agar lebih sreg mengikuti perdebatan mengenai permaafan, berikut ini 25 makna maaf:[block:views=similarterms-block_1]

  • "aku sudah menyesal" seperti dalam "Maafkan aku, Ma. Isak, isak. Lain kali aku akan belajar sungguh-sungguh.
  • "anda akan menyesal" seperti dalam "Maaf! Kami tidak bertanggung jawab atas keselamatan nyawa siapa pun yang masuk ke dalam lokasi ini tanpa izin."
  • "aku khilaf seperti dalam "uhuk, uhuk. Maafkan aku, Dik. Aku tidak akan nyeleweng lagi. Uhuk, uhuk."
  • "aku sudah berubah" seperti dalam "Maafkan kami, Aceh Nanggroe. Yang lalu biarlah berlalu, hari baru berpadu-padu.
  • "aku ingin cium kamu" seperti dalam "Maafkan aku, ya, Siti sayang. Beneran deh, aku tidak akan jalan dengan dia lagi. Kita baikan, ya?"
  • "ampun" seperti dalam Tiada maaf bagimu," kata Siti dingin sambil mengayunkan kapaknya.°"
  • "aku tidak akan mengulanginya lagi" seperti dalam "Sumpah mati, aku kapok. Tobat. Maafkan sekali ini saja, Bu Hakim. Mulai sekarang aku akan cari kerja halal."
  • "aku tidak sengaja" seperti dalam "Awas! Brak! Maaf"
  • "dari dasar hatiku terdalam, sungguh aku tidak tahu aku ini salah apa" seperti dalam "Maaf lahir batin atas segala kesalahan baik yang disengaja maupun tidak selama setahun yang lalu."
  • "anda sedang masuk daerah macet" seperti dalam "Maaf. Ada perbaikan jalan.
  • "tidak perlu bayar" seperti dalam "Kumaafkan semua utangmu."
  • "abaikanlah" seperti dalam "Wahai adinda, maafkanlah sem . a kekurangan kakanda."
  • "anda senang atau tidak, berkenan atau gondok, pokoknya aku akan melakukannya" seperti dalam stiker yang banyak tertempel di belakang angkot, "Maaf! Gue sering berhenti mendadak."
  • "pasrah saja (kalau anda bukan teroris)" seperti dalam "Maaf! Demi kepentingan bersama kami akan memeriksa isi tas dan kantong anda."
  • "anda tidak boleh melakukannya, titik. Tapi karena anda adalah orang Indonesia yang berperasaan halus hati mudah tersinggung jiwa mudah terluka dan terutama karena anda lebih galak daripada saya, maka saya terpaksa mengucapkannya sebelum melarang anda" seperti dalam "Maaf! Dilarang Merokok!"
  • "kalau mau urusan lancar... seperti dalam "Maaf. Pengertian dong. Uang rokoknya mana?"
  • "terimalah nasib anda dengan tabah dan tawakal" seperti dalam "A laaf, barang yang sudah dibeli tidak bisa dikembalikan.
  • "pasrah saja (kalau mau selamat)" seperti dalam "Maaf. Yang di tangan saya ini namanya clurit. Yang di leher anda itu namanya kalung. Paham? Dan tolong jangan teriak. Aku ini kaaetan.
  • "aku bingung" seperti dalam "Maaf. Ini betul jalan ke Cendana? Kok diblokir?"
  • "aku mengaku salah, tapi semua orang melakukannya, jadi sebetulnya aku tidak bersalah," seperti "alam "Maaf. Tapi sebagai manusia biasa tentu aku tidak Input dari kesalahan."
  • "pasrah saja (sadar dong hu bisa apa)" seperti dalam "Maaf. Memang aku yang melakukannya. Terus kau mau apa?"
  • "tutup mata dan lupakan saja" seperti dalam "Kesalahan itu ia lakukan saat masih muda dan gagah. Sekarang dia sudah tua dan sakit-sakitan. Sudah sepantasnya kita memaafkannya."
  • jangan ngotot, dong" seperti dalam "Maaf! Anda kok tidak mau legowo memaafkan saya? Kan saya sudah minta maaf? Bangsa Indonesia kan bangsa pemaaf. Apa anda mau mencoreng wajah ramah negeri tercinta yang terkenal berjiwa besar ini? Anda ini orang Indonesia apa bukan, sih?"
  • "bebas secara resmi dari segala tuntutan (moral dan hukum)" seperti dalam "Dengan ini saya sebagai penuntut umum menyatakan_bahwa beliau telah dimaafkan untuk segala kesalahannya terhadap rakyat, bangsa, dan negeri ini, dari sekarang sampai selama-nmanya.
  • "biarkanlah Tuhan yang berurusan denganku, kamu cuma manusia biasa" seperti dalam sinetron terbaru "Maaf untuk Bapak".

Akhir kata, maaf kalau anda malah tambah bingung, apalagi tersinggung.

Penulis Seorang Pengamat Bahasa

Sumber : Kompas, Jumat 26 Mei 2006, Hal 15

Komentar