Bahan Belajar Kristen Online dapatkan di:live.sabda.org

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PELITAKU

Literatur Mengubah Hidup Saya

Literatur dapat mengubah hidup Anda. Saya tahu karena membaca buku-buku yang bagus telah mengubah hidup saya.

Buku dan aktivitas membaca buku mengisi kenangan masa kecil saya sama seperti hal lainnya. Ritual membaca mencakup seluruh rangkaian kebiasaan, aturan, dan tradisi yang rumit, tidak berbeda dengan bagian kehidupan lain yang lebih signifikan secara konvensional.

Gambar: Tritunggal

Saya ingat suatu hari membaca The Foot Book karya Dr. Seuss sendirian ketika saya baru belajar membaca, menggunakan jari saya untuk menunjuk setiap kata yang saya ucapkan. Di dekat situ, seorang teman sepermainan sedang membaca buku lain dalam hati. Saya ingat betapa marahnya saya karena dibungkam oleh anak perempuan yang beberapa tahun lebih tua dari saya dan yang jelas-jelas tidak menghargai bahwa saya belum belajar membaca dalam hati. Astaga.

Saya ingat judul, gambar, dan kata-kata dari begitu banyak buku favorit saya: Mouse and the Motorcycle, Clifford the Big Red Dog, Harriet the Spy, buku Nancy Drew mana saja, Where the Red Fern Grows, The Black Stallion, Billy and Blaze (dan hampir semua buku lain tentang kuda yang pernah ditulis). Seperti kebanyakan anak-anak, saya membaca The Lion, The Witch, and The Wardrobe, tetapi bacaan saya itu tidak ada hubungannya dengan identitas saya sebagai seorang Kristen. Bertahun-tahun kemudian, saya tercengang mengetahui keterkaitan cerita itu dengan kekristenan. Saya tidak tahu; saya hanya menyukai ceritanya.

Belakangan, saya membaca buku klasik dewasa seperti Jane Eyre, Great Expectations, dan Madame Bovary, dan kata-kata mereka mengubah cara saya memahami dunia dan cara saya memahami diri sendiri. Allah menggunakan semua kata-kata ini untuk menunjukkan lebih banyak kepada saya tentang siapa Dia sebagai Firman, Pencipta bahasa, dan Penulis satu-satunya kisah yang benar dan bagus.

Cerita Membentuk Kita

Pertama-tama, cerita membentuk kita karena kita diciptakan menurut gambar Allah yang menciptakan dunia melalui kata-kata, dan kata-kata membentuk cerita yang kita ceritakan kepada diri kita sendiri setiap hari, sepanjang hari. Kita menceritakan perjalanan kita melalui hari-hari kita dari saat kita bangun, dan mengingat kekhawatiran kita saat tertidur pada malam sebelumnya, lalu serangkaian hal yang harus kita lakukan hari itu, hingga cerita yang kita bagikan di meja makan tentang bagaimana semuanya itu telah dilalui.

Lebih jauh lagi, sebuah kehidupan yang dibiasakan untuk membaca -- membaca buku-buku bagus dengan baik -- akan mengambil bentuk yang berbeda. Kehidupan yang terbentuk dengan melihat dunia yang berbeda, pengalaman yang berbeda, dan perspektif yang berbeda juga akan melihat dunia nyata secara berbeda. Kehidupan yang terampil dalam membaca, menafsirkan, menganalisis, memahami, dan menerapkan kata-kata akan membuat kita dapat membaca, menafsirkan, memahami, menganalisis, dan menerapkan Firman dengan lebih baik pula.

Jika kita ingin mewujudkan imajinasi yang dibentuk Injil -- dan imajinasi sosial yang dibentuk Injil -- kita perlu memedulikan hasil karya dari imajinasi.


Facebook Twitter WhatsApp Telegram

Dan meskipun kita menganggap interpretasi, analisis, dan penerapan sebagai aktivitas pikiran rasional, bergantung pada kemampuan kita untuk bernalar, kenyataannya adalah kita juga mengandalkan imajinasi untuk melakukan hal-hal ini. Memang, kemampuan pikiran manusia untuk berimajinasi -- untuk membayangkan -- mencerminkan fakta menakjubkan bahwa kita diciptakan menurut gambar Allah. Kita adalah produk dari imajinasi-Nya dalam arti yang sangat harfiah -- dan juga metaforis. Allah "membayangkan" kita dan membentuk kita menurut gambar-Nya. Kemampuan kita untuk berimajinasi, yang tampaknya unik bagi manusia, adalah gema dari sifat-Nya yang menurut gambar-Nyalah kita diciptakan.

Pemahaman Bersama

Meskipun kita masing-masing memiliki kapasitas individu untuk berimajinasi, ada cara kolektif di mana budaya kita menciptakan dan dibentuk oleh imajinasi. Sebuah budaya memiliki kumpulan cerita, mitos, gambaran, dan ide. Sebuah kumpulan yang membentuk keberadaan sosial dan harapan kolektif kita, yang disebut sebagai imajiner sosial oleh para filsuf. Menurut filsuf Charles Taylor, imajiner sosial membentuk pemahaman bersama dalam sebuah budaya -- pemahaman yang menetapkan norma, harapan, kebiasaan, dan praktik masyarakat tertentu.

Harus diakui, imajiner sosial merupakan konsep yang kuat dengan implikasi filosofis, teologis, dan sosiologis yang mendalam. Tetapi tidak perlu meneliti atau mengetahui semua implikasi ini untuk memahami gagasan sederhana nan penting bahwa apa yang kita bayangkan membentuk cara kita menafsirkan, memahami, dan menceritakan segala sesuatu dalam hidup kita.

Dan apa yang kita bayangkan dibentuk oleh cerita-cerita yang kita dengar, lihat, dan baca -- cerita yang kita dengar di lingkungan keluarga kita, cerita yang kita lihat di berita yang kita tonton, cerita yang kita baca di buku, cerita yang kita ikuti selama di gereja pada hari Minggu, dan cerita yang kita ceritakan satu sama lain dalam setiap percakapan. Bahkan apa yang kita lihat -- baik itu lukisan, matahari terbenam, wajah, bunga, penderitaan -- menjadi bermakna karena kata-kata yang kita ucapkan kepada diri sendiri tentangnya. Dengan demikian, pada akhirnya imajinasi tidak dapat dipisahkan dari kuasa perkataan.

Imajinasi yang Dibentuk-Injil

Tentu saja, imajinasi Kristen sebagian besar dibentuk oleh kisah Injil. Kisah agung itu -- kisah yang dicerminkan oleh semua kisah manusia baik lainnya -- menunjukkan kepada kita bagaimana posisi kita dalam alur penciptaan, kejatuhan, penebusan, dan pemulihan yang penuh anugerah. Ini membantu kita menceritakan apa yang benar tentang diri kita masing-masing, serta kisah tentang semua yang telah Allah perbuat.

Jika kita ingin mewujudkan imajinasi yang dibentuk Injil -- dan imajinasi sosial yang dibentuk Injil -- kita perlu memedulikan hasil karya dari imajinasi. Entah karya-karya itu terbentuk dari kata-kata, kayu, warna, suara, tanah liat, tepung dan gula, bunga, jalan, kain, atau emas, mereka membentuk dan mendefinisikan, tidak hanya budaya kita, tetapi juga orang-orang di dalamnya dan cerita yang mereka imajinasikan. (t/Jing-Jing)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : The Gospel Coalition
Alamat situs : https://thegospelcoalition.org/article/literature-changed-life
Judul asli artikel : Literature Changed My Life
Penulis artikel : Karen Swallow Prior

Komentar