Bahan Belajar Kristen Online dapatkan di:live.sabda.org

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PELITAKU

Kita Semua Menulis Kisah Hidup Kita, tetapi Kita Semua Penulis yang Gagal

Dunia yang Penuh dengan Penulis

Delapan puluh satu persen orang Amerika merasa bahwa mereka memiliki sebuah buku di dalam diri mereka, dan harus menuliskannya. Dari mereka yang mulai menulis, 97 persen tidak pernah selesai. Hanya satu dari lima buku yang dikirimkan ke penerbit berhasil diterbitkan. Dari setengah juta atau lebih buku yang diterbitkan di Amerika Serikat setiap tahun, rata-rata penjualannya sebanyak 250 eksemplar per judul. Dengan angka ini, ada banyak penulis yang kecewa di Amerika Serikat![1]

Tetapi ada lebih banyak penulis yang kecewa daripada yang diungkapkan statistik resmi. Kita semua sedang menulis kisah hidup kita, dan kita semua gagal menulis dan menerbitkan buku yang kita inginkan. Beberapa dari kita gagal saat awal, beberapa dari kita takut gagal pada saat terakhir, kita semua memiliki bab-bab yang gagal. Kita semua adalah penulis yang gagal, jadi kita semua adalah penulis yang kecewa.

Gambar:gambar

Akan tetapi, tidak peduli seberapa buruk dan menyedihkannya cerita kita, kita masih enggan menyerahkan pena kita kepada penulis yang lebih baik. Mengapa? Karena kita masih ingin menjadi penulis cerita kita sendiri. Hasil akhirnya adalah buku yang mengecewakan, buku yang memalukan, buku tragis, dan buku horor. Bagaimana kita menukar cerita kita yang gagal dengan cerita yang lebih baik?

Yohanes 4:1-42 meyakinkan kita bahwa ada cara menuju cerita yang lebih baik, menuju cerita yang layak untuk ditulis dan diterbitkan. Hal ini melibatkan pengakuan bahwa kita adalah penulis yang gagal, menolak "bantuan" dari penulis gagal lainnya, dan kemudian menyerahkan keyboard kita kepada Yesus untuk mengetik ulang cerita kita dan mengisi kita dengan kesuksesan yang memuaskan daripada dengan kekecewaan kosong.

Kita Semua adalah Penulis yang Gagal

Suatu hari, Yesus memutuskan untuk meninggalkan Yudea dan menuju Galilea, dengan sengaja melakukan perjalanan melalui Samaria dalam perjalanannya. Mengapa? Dia tahu ada penulis gagal di sana yang ceritanya akan Dia tulis ulang. Ketika Dia tiba di Sikhar, Samaria, Dia lelah. Jadi Dia duduk di samping sumur untuk menyegarkan diri di tengah teriknya matahari. Saat itulah Dia melihat perempuan Samaria, penulis gagal yang ingin Dia temui. Mari belajar dari kegagalannya dan kata-kata Yesus sehingga kita bisa menulis kisah keberhasilan. Berapa banyak dari kita yang gagal menjadi penulis? Kita semua.

Salah satu keterampilan Yesus yang terbesar adalah membuat orang membaca cerita mereka sendiri, mengeluarkan naskah mereka dan menghadapi kenyataan dari apa yang telah mereka tulis sejauh ini. Itulah yang Dia lakukan kepada perempuan Samaria. Mari kita baca apa yang dia tulis sampai saat ini.

Kisah tentang Kehausan yang Tak Terpuaskan

Bukan kebetulan bahwa Yesus "mengatur" untuk bertemu dengan perempuan Samaria di sebuah sumur di padang pasir, bahwa percakapan mereka berpusat di sekitar topik kehausan dan air, dan kata-kata pertama-Nya kepadanya adalah, "Beri aku minum" (Yoh. 4:7). Adegan itu adalah gambaran keseluruhan hidup perempuan itu -- kehausan yang tak terpuaskan, hasrat yang tak terpenuhi dan mengecewakan, dan minum dalam kesenangan yang mengeringkan jiwanya sehingga menjadi sekering gurun pasir.

Itulah sebabnya, setelah interaksi awal, Yesus berkata, "Jika kamu tahu tentang karunia Allah dan tahu siapa yang berkata kepadamu, 'Berilah Aku minum,' kamu pasti akan meminta kepada-Nya, dan Dia akan memberimu air hidup" (Yoh. 4:10, AYT). Dia membandingkan kehidupannya yang bergumul dengan kehidupan yang Dia beri. "Kamu bekerja, bekerja, bekerja untuk haus, haus, haus. Aku memberi, memberi, memberi untuk hidup, hidup, hidup."

Ketika Yesus berkata, "Setiap orang yang minum dari air ini akan haus lagi" (Yoh. 4:13, AYT), Dia tidak mengacu pada air di sumur, tetapi pada dosa-dosa yang telah menguras hidup perempuan itu sampai saat ini. Dia berkata, "Kamu hanya minum rasa haus yang lebih dalam." Gaya hidupnya adalah gaya kematian. Minumannya adalah debu.

Karena itu, Dia menawarkan sumur air lainnya, mata air keselamatan yang memuaskan. "Tetapi orang yang minum dari air yang akan Kuberikan kepadanya tidak akan pernah haus lagi; melainkan air yang Kuberikan kepadanya itu akan menjadi mata air di dalam dirinya yang akan terus memancar sampai kepada hidup yang kekal" (Yoh. 4:14, AYT). Ini adalah tawaran yang luar biasa: kamu bisa mendapatkan sumur internal dan kekal, sumur penyegaran yang memuaskan dalam dirimu yang akan bertahan selamanya.

Itu tawaran yang tidak bisa dia tolak. Melepaskan pertahanannya, dia berkata, "Tuan, berilah aku air itu supaya aku tidak akan haus lagi dan aku tidak perlu datang lagi ke sini untuk menimba air" (Yoh. 4:15, AYT). Dia sudah selesai dengan kisahnya yang mengeringkan jiwa dan menginginkan penulisan ulang yang merevitalisasi.

Sebuah Kisah tentang Lingkaran Dosa

Perempuan Samaria meminta air ini, tetapi dia belum cukup haus untuk meminumnya. Jadi, Yesus membuatnya mengungkapkan kisah rahasia yang telah menghanguskan jiwanya. "Yesus berkata kepadanya, 'Pergilah, panggil suamimu dan kembalilah ke sini.' Perempuan itu menjawab, 'Aku tidak mempunyai suami.' Yesus berkata kepadanya, 'Kamu benar saat berkata, "Aku tidak mempunyai suami." Sebab, kamu sudah pernah memiliki lima suami, dan laki-laki yang tinggal bersamamu sekarang bukanlah suamimu. Dalam hal ini, kamu berkata benar'" (Yoh. 4:16-18, AYT). Dia mengatakan yang sebenarnya, tetapi tidak seluruh kebenaran. Dia mengatakan yang sebenarnya dengan cara mengatakan sebuah kebohongan. Dia adalah seorang "spin doctor" (seseorang yang tugasnya membuat ide, peristiwa, dll. tampak lebih baik daripada yang sebenarnya - Red.) yang terampil tetapi tidak bisa menipu Sang Dokter spiritual ini. Lima pernikahan dan sekarang memiliki pacar yang tinggal bersama. Dia sedang dalam usahanya yang keenam untuk memperoleh kebahagiaan melalui pria. Setiap pria itu menjanjikan kepuasan, tetapi masing-masing meninggalkannya semakin haus dan kekeringan. Enam mimpi, enam mimpi buruk.

Laki-laki Telah Mengecewakan Dia

Dalam budaya itu, perempuan tidak memulai perceraian. Tidak peduli seberapa buruk pernikahan mereka, mereka tetap tinggal di dalamnya karena mereka sepenuhnya bergantung pada suami mereka. Laki-laki memiliki semua kekuatan dan semua sumber daya. Jadi, ketika kita membaca tentang lima perceraian, kita sedang membaca kisah pelecehan berantai terhadap seorang perempuan yang tak berdaya. Mereka bersamanya untuk beberapa halaman kesenangan singkat, lalu meninggalkan cerita dan juga perempuan itu. Mereka mengambil alih ceritanya, menulis cerita mereka sendiri di atasnya, dan kemudian berpisah. Masing-masing pria itu menjanjikan cerita yang lebih baik, dan masing-masing juga menghancurkan ceritanya. Dan sekarang, yang keenam, bahkan tidak mau menikahinya. Dia hanya mengambil darinya dan tidak pernah memberikan dirinya padanya.

Budaya Telah Mengecewakan Dia

Budaya mengecewakan perempuan ini dalam beberapa cara. Budaya memungkinkan terjadinya pelecehan berantai semacam ini terhadap yang lemah. Kita dapat melihat bagaimana perempuan direndahkan bahkan dalam reaksi para murid ketika perempuan ini berbicara dengan Yesus (Yoh. 4:27). Mereka juga telah menyerap narasi kebudayaan yang salah tentang perempuan yang jauh berbeda dari narasi Alkitab yang menghargai dan meninggikan perempuan. Yesus mengubah narasi itu dalam perlakuan-Nya yang baik terhadapnya. Budaya juga memiliki narasi agamawi salah yang berfokus pada hal-hal tradisional dan eksternal seperti tempat ibadah (Yoh. 4:20). Sekali lagi, Yesus menggantikan narasi itu dengan jawaban-Nya yang berfokus pada kebenaran bukan tradisi, dan pada hakikat ibadah bukan pada tempat ibadah fisik (4:21-24).

Yesus Mengubah Kisah Perempuan itu

"Perempuan itu berkata kepadanya, 'Aku tahu bahwa Mesias akan datang (Dia yang disebut Kristus). Ketika dia datang, dia akan memberitahukan segala sesuatu kepada kami.' Yesus berkata kepadanya, 'Aku, yang sedang berbicara kepadamu adalah Dia'" (Yoh. 4:25-26, AYT). Kita ingin baris berikutnya menjadi, "Dia memercayainya dan mengungkapkan ceritanya kepada-Nya." Sebaliknya, para murid mendobrak adegan klimaks (4:27). Ini mengakhiri percakapan dengan Yesus, tetapi tidak menghentikan pertobatan kepada Yesus. Transformasinya diisyaratkan dalam kata-kata "perempuan itu meninggalkan kendi airnya" (Yoh. 4:28). Simbol kehausan, dan upaya yang gagal untuk memuaskannya, ditinggalkan di situ. Apa yang tadinya menjadi pusat hidupnya, sekarang menjadi tidak penting.

Apa yang tadinya menjadi fokusnya, sekarang dilupakan. Fakta bahwa Yesus mengubah cerita perempuan itu bahkan semakin jelas terlihat dalam kata-katanya selanjutnya.

Perempuan itu Menceritakan Kisahnya

Dia meninggalkan kendi airnya, dan pergi ke kota serta berkata kepada orang-orang di sana, "Mari, lihatlah ada Seseorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kulakukan. Mungkinkah Dia Mesias itu?" (Yoh. 4:28-29, AYT). Dia meninggalkan kota dengan mulut haus tetapi kembali dengan jiwa yang puas. Dia pergi sebagai seorang pembohong, tetapi kembali sebagai seorang pemberita kebenaran. Dia bertemu dengan Pengubah Cerita dan ingin memberitahukannya kisah yang baru. Pengubah Cerita menciptakan pemberita yang kemudian menjadi seorang pengubah cerita.

Yesus Mengubah Lebih Banyak Cerita

"Banyak orang Samaria dari kota itu percaya kepada Yesus karena perkataan perempuan itu, yang bersaksi 'Dia memberitahuku semua hal yang telah kulakukan'" (Yoh. 4:39, AYT). Mereka meminta Dia untuk tinggal dan memberi tahu mereka lebih banyak. Selama dua hari Dia mendengar kisah mereka, menceritakan kisah-Nya, dan mengubah kisah mereka dengan kisah-Nya (4:40-41). "Mereka berkata kepada perempuan itu, 'Bukan lagi karena perkataanmu kami menjadi percaya, melainkan karena kami sendiri telah mendengar, dan kami tahu, bahwa Dia benar-benar Juru Selamat dunia'" (4:42, AYT). Satu cerita yang diubahkan akan mengubah lebih banyak cerita.

Bagaimana kita menukar cerita kegagalan kita dengan cerita yang lebih baik? Akui bahwa kita adalah penulis yang gagal, abaikan semua calon penulis lainnya, dan mintalah Yesus mengambil pena untuk menulis cerita yang memuaskan dan sukses.

Bagaimana Allah Mengubah Kisah Saya dengan Kisah-Nya

Salah satu keterampilan Yesus yang terbesar adalah membuat orang membaca cerita mereka sendiri, mengeluarkan naskah mereka dan menghadapi kenyataan dari apa yang telah mereka tulis sejauh ini.


Facebook Twitter WhatsApp Telegram

Ketika Yesus mengubah kisah saya, saya memutuskan bahwa salah satu perubahan yang perlu saya lakukan adalah meninggalkan pekerjaan saya di bidang keuangan. Pekerjaan tersebut melibatkan terlalu banyak acara minum sosial dan juga beberapa korupsi tingkat rendah. Jadi, alih-alih memberikan laporan enam bulanan kepada bos saya, saya memberinya surat pengunduran diri. Dia tidak senang karena dia telah menginvestasikan banyak waktu, uang, dan pikiran dalam mempersiapkan saya untuk posisi yang benar-benar saya inginkan dan baru-baru ini saya capai. Saya memberinya pemberitahuan empat minggu, tetapi dia berkata, "Kamu bisa pergi hari ini. Beri saya kunci mobil perusahaan yang kamu pegang. Gajimu berakhir hari ini, seperti halnya diskon hipotekmu" (4 persen pada saat suku bunga 12 persen!).

Di sanalah saya, pada awal usia dua puluhan, tanpa pekerjaan, tanpa penghasilan, tanpa rumah, dan tanpa mobil -- dan saya adalah orang yang paling bahagia di dunia karena saya memiliki Kristus sebagai Juru Selamat saya. Saya tahu Dia sedang menulis cerita yang lebih baik untuk saya, bahkan jika saya tidak tahu apa itu pada saat itu. Saya meninggalkan "kendi air" saya yang telah membuat saya merasa terpuruk dan kering.

Saat saya berjalan ke halte bus -- pengangguran, tidak punya uang, tidak punya mobil, dan akan segera menjadi tunawisma -- saya merasa seolah-olah telah mengambil cerita saya yang gagal, membuka halaman hari itu, menulis Tamat, dan membuangnya ke tempat sampah. Saya tidak tahu seperti apa buku baru itu nantinya. Saya tidak tahu apa huruf pertama di halaman pertama. Tapi saya tahu seorang Penulis buku terlaris sekarang adalah Penulis hidup saya dan Dia akan menulis cerita terbaik yang bisa Dia bayangkan untuk saya. (t/Jing-Jing)

Catatan:

[1] Justine Tal Goldberg, "200 Million Americans Want to Publish Books, But Can They?," Publishing Perspectives, 26 Mei 2011, https://publishingperspectives.com; Steven Piersanti, "The 10 Awful Truths about Book Publishing," situs web Penerbit Berrett-Koehler, 24 Juni 2020, https://ideas.bkconnection.com; Lorraine Santoli, "The Top Reason People Never Finish Writing Their Book," The Synergy Whisperer, 20 Oktober 2015, https://thesynergyexpert.com.

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Crossway
Alamat situs : https://crossway.org/articles/were-all-writing-the-stories-of-our-lives-but-were-all-failed-authors
Judul asli artikel : We're All Writing the Stories of Our Lives, but We're All Failed Authors
Penulis artikel : David Murray

Komentar