Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PELITAKU
Kalau Sumur Sudah Kering, Bagaimana?
Tampaknya mudah saja membayangkan -- apabila Anda sudah selesai mengikuti beberapa kursus jurnalistik atau sudah tamat dari sekolah jurnalistik -- lantas sekarang Anda sudah menjadi seorang jurnalis yang tangguh. Seperti seorang kawan yang pernah berkata, "Selalu kurindukan menjadi seorang penulis. Dan hari ini saya sudah menjadi penulis."
Saya sangsi jika tidak ada seorang jurnalis pun yang tidak tergoda pikiran seperti ini, suatu ketika dalam hidupnya. "Kawan saya benar-benar telah menjadi seorang wartawan. Saya tahu semua tentang dunia itu."
Kadang-kadang lambat atau kadang-kadang cepat, kesadaran akan timbul bahwa segala sesuatu itu tiba-tiba lenyap silih berganti dengan pendekatan baru terhadap sebuah kisah.
Apa yang telah terjadi? Umumnya penulis yang belum berpengalaman bersikap acuh tak acuh dalam memerkaya hidupnya sejak dia menyelesaikan pendidikan formalnya. Jelasnya, sumurnya telah menjadi kering. Ia tak berdaya menggunakan kata-kata, kehilangan ide dan cara, kehilangan cara-cara yang baru untuk mendramatisir cerita yang hendak dituturkannya.
Bagaimana Anda menghadapi masalah seperti ini? Di bawah ini ada beberapa saran.
Bacalah buku-buku. Buatlah jadwal untuk membaca buku apakah akan Anda selesaikan buku itu dalam satu bulan, seminggu, atau kapan pun. Yang jelas Anda harus membaca! Sekalipun banyak hal yang menuntut perhatian dari kita. Kita harus mengambil waktu untuk membaca. Tidak terbatas pada buku tertentu, buku apa saja untuk mencari ide-ide baru, cara-cara pendekatan yang baru, menambah perbendaharaan kata dan pokok-pokok pembahasan yang penting. Jangan malu-malu membaca buku, dan tentu saja Anda harus bijaksana, karena Anda tidak akan menemukan ide baru di dalam sampah.
Baca juga Kitab Suci. Di dalam Kitab Suci banyak ditemukan cerita dan perumpamaan. Dari cara-cara yang digunakan dalam Kitab Suci itu, baik perbendaharaan kata dan ide, Anda akan dapat menjalin cerita yang tiada taranya.
Baca kamus. Benar, plot lemah. Oleh karena itu, petiklah kata-kata baru kira-kira lima sampai sepuluh buah tiap minggu. Pelajari apa yang dikandung kata-kata baru itu dan cobalah berusaha menggunakannya dalam kalimat dan tulisan. Anda akan melihat betapa berfaedah dan betapa ajaibnya perbaikan yang Anda peroleh dalam kemampuan menerangkan sesuatu dengan cara yang baru, bukan saja dengan menarik sekali, tetapi juga penerapannya lebih kena.
Bacalah terbitan berkala. Ketahuilah apa yang terjadi di dunia lain, jangan hanya apa yang ada di kebun Anda. Pelajari dengan saksama bagaimana penyajian ceritanya. Tidak ada salahnya apabila Anda juga menggunakan cara yang digunakannya, menerapkannya dengan situasi Anda.
Menentukan prioritas. Mana yang lebih penting -- menghabiskan waktu dengan santai ataukah menajamkan kemampuan menulis Anda? Permainan yang Anda sukai atau menggunakan waktu untuk itu dengan memerbaiki keterampilan Anda berkomunikasi? Memang diperlukan pengorbanan, tetapi usaha yang demikian sangat berharga.
Komunikasi, apa pun bentuknya, memang menyenangkan. Kalau Anda tidak merasakannya demikian, berarti Anda berada di tempat yang tidak tepat. Komunikasi itu membawa imbalan. Betapa senang rasanya, dan dengan apa gerangan dapat dibandingkan apabila kita sudah menyelesaikan sesuatu yang kita tahu memengaruhi pikiran sesama manusia?
Apa yang harus kita lakukan apabila sumur kita sudah mulai mengering? Apakah Anda bertekad menjadi seorang pemenang ataukah hanya sekadar "pengarang pencari nafkah saja"?
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku | : Bagaimana Menjadi Penulis yang Sukses |
Judul artikel | : Kalau Sumur Sudah Kering |
Penulis | : Wilson Nadeak |
Penerbit | : Sinar Baru Algesindo, Bandung 2001 |
Halaman | : 60 -- 62 |
- 5520 reads