Bahan Belajar Kristen Online dapatkan di:live.sabda.org

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PELITAKU

Eko Cahyono -- Pemerhati Perpustakaan

Demi sebuah perpustakaan, seorang Eko Cahyono yang tidak memiliki pendidikan tinggi sangat peduli terhadap perpustakaan yang ia buat. Semangatnya yang tinggi untuk memberikan fasilitas pendidikan membaca kepada anak-anak putus sekolah di Malang, harus kita contoh.

Berikut adalah sedikit profil dari Eko Cahyono dan perpustakaannya (dari Kick Andy).

Berawal dari hobi membaca tabloid-tabloid dan merasa sayang untuk meloakkan sekitar 400-an koleksinya, Eko mulai meminjamkannya kepada masyarakat. Eko mempunyai tekad untuk memajukan pendidikan bagi anak -- anak dan remaja putus sekolah.

Perpustakaan Eko Cahyono

Untuk mendapatkan tambahan koleksi, ia mencari sumbangan buku-buku dari rumah ke rumah. Sampai saat ini, sudah sekitar 1.246 pintu rumah ia ketuk. Karena koleksi bukunya terus bertambah, Eko akhirnya mendapat teguran dan tentangan dari keluarganya sehingga ia akhirnya rela diusir dari rumah.

Akhirnya, Eko mulai mengontrak tempat untuk menampung buku-buku yang makin lama makin banyak. Perpustakaan yang didirikannya sejak tahun 1998 ini sampai sekarang sudah pindah kontrakan sebanyak 9 kali dalam kurun waktu 11 tahun. Tempat yang sekarang ditempatinya berupa gubuk bambu berukuran 6 x 9 meter, yang terletak di desa Sukopuro, kecamatan Jabung, kabupaten Malang, Jawa Timur. Di tempat inilah, sekarang, Eko tinggal dan mengelola perpustakaan kampungnya.

Menurut Eko, anggota perpustakaannya sudah mencapai 8000 orang dan koleksinya terdiri atas buku, majalah, tabloid, kamus, ensiklopedia, buku pengetahuan umum, sastra, pelajaran sekolah hingga komik anak-anak. Total seluruhnya sudah mencapai sekitar 15.000. Salah seorang guru mengusulkan agar perpustakaannya diberi nama Perpustakaan Anak Bangsa (PAB). Perpustakaan ini buka 24 jam sehari, hari Senin -– Minggu, dan tidak pernah tutup. PAB melayani hampir semua desa di seluruh kabupaten Malang karena kebanyakan sekolah kabupaten tidak memiliki perpustakaan sehingga mereka meminjam buku-buku referensi dari PAB.

Untuk membiayai operasional perpustakaan, dia bekerja apa saja termasuk menjadi penjaga stand. Eko memang tidak mempunyai pekerjaan tetap. Dia khawatir jika ia bekerja penuh waktu, tidak ada yang mengontrol perpustakaannya. Untuk mempertahankan PAB, sejak 2 tahun lalu, Eko sudah bersiap-siap menjual salah satu ginjalnya. Syaratnya, orang yang mau membeli ginjalnya harus mau membangunkan gedung permanen untuk PAB. Pernah ada orang dari Jawa Tengah yang berminat untuk membeli ginjalnya sebesar Rp 200 juta, tetapi tidak jadi karena orang tersebut akhirnya keburu meninggal.

Eko sudah banyak berkorban untuk perpustakaannya. Ia sudah menjual playstation, radio, HP, dan sepeda motor kesayangannya untuk sewa gubuk, bayar listrik, dan biaya operasional PAB. Ditambahkannya, PAB pernah tertimpa pohon tumbang dan kebanjiran. Namun, tidak sekalipun ada bantuan dari pemerintah kabupaten, paling-paling hanya datang melakukan kunjungan sesekali.

Demi mempertahankan perpustakaan, harus rela berkorban.

  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Motivasi Eko mempertahankan PAB adalah agar anak-anak di kampung yang memiliki banyak waktu luang bisa pintar tanpa harus sekolah. Ia juga ingin membudayakan membaca kepada mereka. Sekarang ini, Eko sedang menghadapi permasalahan yang cukup sulit karena dalam waktu sebulan PAB sudah harus pindah lagi, tetapi ia tidak mempunyai biaya. Menurutnya, orang-orang yang datang tidak pernah mau tahu dari mana buku-buku tersebut berasal.

Eko Cahyono -- Pemerhati Perpustakaan

Diambil dan disunting dari:
Nama situs : Blognya Ilmu Perpustakaan
Alamat URL : https://ilmuperpus.wordpress.com/2010/06/04/demi-perpustakaan-seorang-lulusan-sd-nekat-menjual-ginjalnya/
Judul asli artikel : Demi Perpustakaan, Eko Cahyono Nekat Menjual Ginjalnya
Penulis artikel : Tidak dicantumkan
Tanggal akses : 19 Februari 2014

Komentar