Bahan Belajar Kristen Online dapatkan di:live.sabda.org

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PELITAKU

Biarlah Anak Mengekspresikan Dirinya dengan Menulis

Oleh: Kristina Dwi Lestari

Ada orang tua yang menganggap bahwa tingkat kecerdasan anak diukur dari IQ-nya saja. Anak yang mempunyai tingkat intelektual yang tinggi adalah anak yang mampu mengerjakan soal matematika atau pelajaran eksakta daripada pelajaran lainnya. Hal ini jelas sebuah pandangan yang harus sedikit diubah dalam masyarakat kita, khususnya para orang tua. Tingkat kecerdasan anak sekarang ini tidak hanya diukur dari IQ saja, namun juga tingkat spiritualitas (SQ) dan emosionalnya (EQ). Kita juga harus menyadari bahwa seorang anak mempunyai tingkat kecerdasan dan bakat, serta minat yang berbeda-beda. [block:views=similarterms-block_1]

Berbicara masalah bakat, ada anak yang berbakat dalam hal seni, menulis, olahraga, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, peranan orang tua dalam memupuk bakat anak sejak usia dini agar berkembang secara optimal adalah sangat penting. Pada artikel di atas kita mendapat pemahaman betapa menumbuhkan budaya menulis kepada anak merupakan hal yang perlu kita lakukan kepada anak-anak kita.

Beberapa penulis cilik yang bermunculan akhir-akhir ini membuktikan bahwa budaya menulis mulai diminati oleh anak. Sebut saja Izzati, seorang novelis termuda asal Bandung yang berhasil dinobatkan sebagai novelis termuda oleh MURI. Gadis kelas VI SD ini telah menghasilkan beberapa karya, di antaranya novel berjudul "Powerful Girls", "Kado untuk Ummi", dan lain-lain. Ada juga A. Ataka A.R., salah satu penulis cilik yang telah membuat dua novel. Ia menuturkan bahwa menulis dilakukannya saat merasa frustasi atau bosan. Dalam keadaan inilah dia menyalurkan idenya dengan membiarkan jarinya menari di atas kertas. Jangan pernah takut salah atau takut cerita kita jelek. Dan jangan menanti mood datang, tapi kitalah yang harus menciptakan mood itu, kata Ataka dalam pernyataannya seperti dikutip dari majalah Matabaca.

BUDAYA MEMBACA SEBAGAI MODAL PENTING DALAM MENULIS

Apa betul kegiatan membaca dapat membantu seseorang untuk kreatif? Jordan E. Ayan menjelaskan bahwa membaca dapat memicu kreativitas. Buku mengajak kita membayangkan dunia beserta isinya, lengkap dengan segala kejadian, lokasi, dan karakter. Bayangan yang terkumpul dalam tiap buku yang melekat dalam pikiran, membangun sebuah bentang ide dan perasaan yang menjadi dasar dari ide kreatif (Hernowo 2003: 37). Padahal salah satu faktor yang mendorong agar anak mempunyai minat menulis ialah kebiasaan membacanya.

Sudahkah minat baca anak kita tinggi? Ini merupakan pertanyaan yang sedikit ironis karena pada kenyatannya, minat baca anak-anak Indonesia sangatlah rendah. Banyak fakta menunjukkan bahwa anak-anak kita lebih suka bermain video game daripada duduk berlama-lama untuk membaca sebuah buku. Murti Bunanta menganjurkan, sedari kecil, anak-anak perlu didekatkan pada bacaan. Penelitian Prof. Benyamin Bloom mengungkapkan, saat berusia empat tahun, anak berada dalam periode suka meniru perbuatan orang tuanya tanpa terkecuali. Jadi dapat diharapkan, jika orang tua suka membaca, anak juga akan melakukan hal yang sama. Sebagai contoh, jika sejak kecil anak sudah dibiasakan dengan bacaan (sastra), mereka akan didekatkan dengan kehidupan manusia (Bunanta 2004: 85). Dengan membaca karya sastra seperti cerpen, puisi, dll., mereka akan belajar banyak hal dan memuliakan perasaan (Kartono 2001: 116).

Boleh dikatakan, membaca dan menulis bak dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Dengan membaca, wawasan anak akan semakin berkembang. Negara yang terencana dan tersistematis membangun negara dan bangsanya melalui gerakan pendidikan massal dengan sikap ilmiah, rasional, kritis, dan rajin membaca apa saja dan di mana saja, tegas Suryopratomo, pemimpin redaksi/penanggung jawab harian "Kompas" dalam pernyataannya yang dikutip dalam Matabaca edisi Juli 2004.

MENULIS ADALAH SENI

Kita mungkin masih ingat ketika sewaktu kecil kita suka sekali menulis suatu kejadian dalam sebuah diari. Dengan mudahnya kita meluapkan segala perasaan itu ke dalam sebuah untaian kata-kata dan akhirnya sebuah cerita. Kita tidak menyadari bahwa kegiatan itu merupakan bagian dari proses kreatif yang sedang kita ciptakan sebagai salah satu bentuk seni. Jika bakat tersebut sudah terlihat pada anak Anda, jangan sia-siakan. Berikan ruang buat mereka untuk mengembangkan bakat tersebut.

Menulis merupakan sebuah seni. Karena dalam menuangkan ide seorang penulis ke dalam sebuah tulisan itu bebas, sesuai dengan kreativitas dan daya seni seseorang. Kata "seni" mengandung arti keahlian membuat karya yang bermutu atau kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi dan luar biasa. Menulis, sesuai dengan pendapat Tony Tedjo, berarti menuangkan isi hati si penulis ke dalam bentuk tulisan sehingga maksud hati penulis bisa diketahui banyak orang melalui tulisan yang disajikan. Setiap anak mempunyai potensi untuk menulis. Biarkan imajinasinya mereka tumpahkan dalam cerita yang mereka ciptakan. A. Ataka A.R. mengatakan bahwa dia seperti mempunyai dunia sendiri manakala dia sedang menulis sebuah cerita. Novel pertama yang dia ciptakan dengan judul "Misteri Pedang Skinhead# 1" yang diterbitkan oleh Penerbit Alenia, dia selesaikan dalam waktu satu tahun. Kita dapat membayangkan betapa luar biasa imajinasi yang ada di otak mereka. "Yang dibutuhkan dari seorang penulis adalah 10% bakat, sisanya 90% adalah kemauan dan latihan," begitulah pengakuan dari Gary Provost sebagaimana dikutip Tony Tedjo.

BEKERJA SAMA DENGAN PENERBIT

Benar jika nanti akan banyak karya dari anak untuk anak. Anak tidak lagi membaca karya yang orang dewasa ciptakan bagi mereka. Bisa jadi mereka dapat menciptakan karya bagi anak yang lain. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa karya-karya mereka akan memberikan motivasi bagi teman-teman sebayanya yang mempunyai minat yang sama, namun malu untuk mengekspresikan dirinya dengan menulis. Sebuah stimulus yang bagus jika banyak penerbit yang mau menerbitkan karya dari penulis anak-anak. Bukan tidak mungkin nanti banyak penerbit yang akan kerepotan dengan banyaknya naskah yang ditulis oleh anak-anak masuk ke meja penerbit.

Ali Muakhir, manajer penerbitan DAR!Mizan, mengatakan bahwa anak-anak harus didengar dan diapresiasi keinginannya sambil sedikit diarahkan, bukan diberi masukan, karena akan meningkatkan adrenalin mereka untuk menghasilkan karya yang optimal. Dan satu lagi, jangan ada pemaksaan terhadap mereka. Dia menambahkan bahwa penerbitannya tidak akan mengedit karya mereka seperti penulis dewasa. Penerbit ingin menjaga keorisinalan karya mereka. Oleh karenanya, penerbitnya hanya akan mengedit 5% dari naskah yang ada. Itupun harus didiskusikan terlebih dahulu dengan penulis maupun dengan orang tuanya.

Potensi-potensi kecil itu menurut Ali Muakhir harus senantiasa dipupuk, baik secara individu, yaitu dengan melibatkan orang tua untuk memberi motivasi dan fasilitas untuk terus berkarya, atau secara bersama-sama dengan mengadakan temu penulis atau memberikan info- info yang diperlukan mereka.

Mel Levine, salah seorang pakar pendidikan anak, menekankan bahwa sangatlah penting untuk menumbuhkan dan meningkatkan kelebihan pada anak. Lebih lagi pada minat yang terfokus, perlu juga dipupuk. Pikiran manusia itu berkembang dengan minat yang mendalam pada bidang yang menarik baginya. Minat pada suatu bidang bisa membuat kita mahir dalam hal tersebut (Levine 2004: 363-365). Oleh sebab itu, orang tua dan guru perlu membantu menemukan hal yang diminati anak dengan sepenuh hati. Kalau ada beberapa penerbit yang menaruh perhatian pada perkembangan para penulis cilik yang notabene adalah calon penulis di masa mendatang, maka kita patut menyambut gembira hal tersebut. Selamat mendukung anak Anda dalam proses kreatif yang sedang mereka ciptakan.

Daftar bacaan:
Bunanta, Murti. 2004. "Buku, Mendongeng dan Minat Membaca". Jakarta: Penerbit Tangga.

Hernowo. 2003. "Quantum Reading". Bandung: Mizan Learning Centre.

Kartono, ST. 2001. "Menabur Benih Keteladanan". Yogyakarta: KEPEL Press.

Levine, Mel. 2004. "Menemukan Bakat Istimewa Anak". Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Muakhir, Ali. 2006. Kecil-Kecil Punya Karya, dalam "Matabaca" Vol.4/No.7/Maret 2006. Hlm. 11.

Parera, Frans.M. 2004. Buku Sebagai Kultur Product, dalam "Matabaca" Vol.2/No.11/Juli 2004. Hlm. 10 -- 11.

Tedjo, Tony. "Menulis Seni Mengungkapkan Hati", dalam http://www.sabda.org/pelitaku/node/225.

Komentar