Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PELITAKU
Jangan Biarkan Bahasa Indonesia Baku Terbenam Oleh Waktu
Dari hasil persentase wawancara yang telah penulis lakukan di lingkungan kampus, penulis menemukan bahwa pengaplikasian bahasa baku masih sangatlah rendah. Rata-rata mahasiswa cenderung menggunakan bahasa nonbaku dan bahasa daerah. Dari beberapa pertanyaan, pengertian bahasa bakulah yang menempati urutan persentase tertinggi, kemungkinan disebabkan karena pengertian bahasa baku sudah sering didengar dari orang-orang di sekitar mereka, misalkan guru mereka saat di sekolah. Memang bukan hal yang mudah untuk menerapkan bahasa baku dalam kehidupan sehari-hari, terutama di kalangan akademik. Selain itu, Indonesia memiliki ragam suku, dengan dialek yang berbeda-beda. Jadi, wajar jika penerapan bahasa baku masih langka di kalangan masyarakat. Namun, kali ini penulis akan membahas tentang penerapan bahasa baku di kalangan mahasiswa yang masih rendah dan kiat-kiat untuk menerbitkan kembali bahasa baku Indonesia yang perlahan terbenam karena pengaruh globalisasi.
Sebelumnya, penulis akan memberikan pengertian singkat dari bahasa baku. Menurut ahli linguistik Einar Haugen, "Bahasa baku ialah satu jenis bahasa yang menggambarkan keseragaman dalam bentuk dan fungsi bahasa."
Berikut ini penulis mencoba menjelaskan apa saja fungsi dari bahasa Indonesia baku.
Yang pertama, bahasa Indonesia baku merupakan pemersatu. Bahasa Indonesia baku adalah pemersatu atau menghubungkan penutur berbagai dialek bahasa itu. Bahasa Indonesia baku mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat bahasa Indonesia baku. Bahasa Indonesia baku mengikat kebinekaan rumpun dan bahasa yang ada di Indonesia dengan membatasi batas-batas kedaerahan. Bahasa Indonesia baku merupakan wahana atau alat pengungkap kebudayaan nasional yang utama.
Kedua, bahasa Indonesia baku merupakan ciri khas yang membedakannya dengan bahasa-bahasa lainnya. Bahasa Indonesia baku memperkuat perasaan kepribadian nasional masyarakat Indonesia. Dengan bahasa Indonesia baku, kita menyatakan identitas kita sebagai bangsa Indonesia.
Ketiga, bahasa Indonesia baku merupakan penambah wibawa. Pengguna bahasa Indonesia baku akan membawa wibawa atau "prestise". Penutur bahasa Indonesia baku memiliki fungsi yang berkaitan dengan usaha mencapai kesederajatan dengan peradaban lain, yang dikagumi melalui pemerolehan bahasa baku. Di samping itu, pemakaian bahasa yang mahir, berbahasa Indonesia baku "dengan baik dan benar" akan memperoleh wibawa di mata orang lain.
Terakhir, bahasa Indonesia baku juga sebagai kerangka acuan. Bahasa Indonesia baku sebagai kerangka acuan bagi pemakainya dengan adanya norma atau kaidah yang dikodifikasi secara jelas. Norma atau kaidah bahasa Indonesia baku menjadi tolok ukur pemakaian bahasa Indonesia baku secara benar. Oleh karena itu, penilaian pemakaian bahasa Indonesia baku dapat dilakukan. Norma atau kaidah bahasa Indonesia baku juga menjadi acuan umum bagi segala jenis pemakaian bahasa yang menarik perhatian karena bentuknya yang khas, seperti bahasa ekonomi, bahasa hukum, bahasa sastra, bahasa iklan, bahasa media massa, surat-menyurat resmi, bentuk surat keputusan, undangan, pengumuman, kata-kata sambutan, ceramah, dan pidato.
Nah, dari sini sudah sangatlah jelas betapa pentingnya penggunaan bahasa Indonesia baku, terutama di kalangan mahasiswa, yang merupakan generasi penerus, pengemban amanat, kebanggaan bangsa, serta menjadi panutan di masyarakat. Tetapi kembali lagi karena masalah suku dan gaya, kebanyakan mahasiswa susah atau bahkan malas untuk berbicara dalam bahasa baku yang sesuai dengan EYD. Alasan mereka adalah susah, aneh, tidak terbiasa, janggal, tidak tahu, dan lain sebagainya.
Para mahasiswa cenderung menggunakan kata-kata yang mempunyai sifat yang khas seperti, penggunaan kalimat yang sederhana, singkat, kurang lengkap, dan tidak banyak menggunakan kata penghubung, serta menggunakan kata-kata yang biasa dan lazim dipakai sehari-hari. Contoh: bilang, bikin, pergi, biarin. Bahasa-bahasa inilah yang sering digunakan oleh kalangan mahasiswa kebanyakan karena dianggap modern.
Sebenarnya, penerapan bahasa baku tidaklah susah dan serumit yang dipikirkan dalam penggunaannya pada percakapan sehari-hari. Kita hanya perlu untuk membiasakan diri dengan sering membaca koran, artikel-artikel ilmiah, novel-novel sastra, atau juga menonton berita. Di dalam koran, artikel, maupun karya-karya sastra, sudah pasti penulisan yang digunakan sesuai dengan EYD. Jadi, ini sangatlah baik bagi mahasiswa untuk memperbanyak membaca dan juga mendengar berita. Karena selain menambah wawasan, para mahasiswa pun bisa belajar menelaah bahasa-bahasa yang digunakan di dalamnya, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena jika bukan kita, siapa lagi?
Oleh karena itu, sebaiknya kita sebagai mahasiswa generasi penerus bangsa, haruslah mulai membiasakan diri dan menghidupkan kembali bahasa Indonesia yang baku dan baik di dalam kehidupan sehari hari, mengingat beberapa fungsi bahasa Indonesia yang adalah bahasa nasional, identitas nasional, dan juga sebagai bahasa kebanggaan bangsa kita.
Diambil dan disunting seperlunya dari: | ||
Nama situs | : | Kompasiana |
Alamat URL | : | https://www.kompasiana.com/nurhayyusuprihatin/552c41ed6ea834a1328b45f4/jangan-biarkan-bahasa-baku-indonesia-terbenam-oleh-waktu |
Penulis | : | Nurhayyu Suprihatin |
Tanggal akses | : | 5 September 2013 |