Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PELITAKU
Pemula Menulis Kolom
Orang suka membaca surat kabar karena isinya yang beraneka ragam. Membaca surat kabar seperti masuk ke dalam supermarket informasi. Kita disajikan dengan berbagai jenis tulisan, seperti berita, feature, tajuk, opini, kolom, surat pembaca, lowongan dan iklan. Ada juga hiburan seperti cerita fiksi, karikatur dan foto. Anda tidak hanya bisa menikmati tulisan-tulisan ini, tetapi Anda juga bisa menjual tulisan Anda! Banyak media massa yang membuka kesempatan bagi Anda untuk berkarya, salah satunya dengan mengirimkan opini. Opini adalah tulisan yang berupa pendapat seseorang atau lembaga. Segala sesuatu yang bukan berita disebut opini.
Opini dapat dikategorikan dalam dua jenis. Pertama, opini yang mewakili lembaga disebut tajuk, pojok, opini atau rubrik. Kedua, opini yang mewakili perorangan disebut kolom. Tidak ada referensi yang pasti tentang asal usul mengapa sebuah rubrikasi tulisan opini di sebuah media massa cetak itu disebut sebagai kolom. Pada dasarnya, kolom adalah salah satu jenis tulisan artikel ilmiah populer yang muncul di media massa cetak.
Bentuk tulisan kolom, sebagaimana opini dan editorial, sesungguhnya sudah bukan lagi ragam berita, tetapi tulisan jenis ini adalah jenis artikel populer gagasan atau pendapat murni dari penulis. Hanya saja, karena jenis artikel ini muncul sebagai tulisan di media massa, maka sering kali masih digolongkan sebagai ragam penulisan jurnalistik, meskipun sebenarnya secara hakiki jenis tulisan itu sudah bukan lagi karya jurnalistik. Oleh karenanya, bentuk ini juga sering disebut sebagai ragam penulisan ilmiah populer.
Antara Opini dan Kolom
Opini lebih mendekati bentuk argumentasi, yaitu pemaparan yang intinya menggiring opini orang atau meyakinkan orang lain agar sepakat dengan ide atau pandangannya. Tentu saja, penulisan jenis ini juga harus disertai dengan referensi yang ada dan bersifat argumentatif. Pada opini orang dihadapkan pada pertanyaan "mengapa".
Kolom sesungguhnya masih merupakan ragam opini. Hanya saja gaya penulisannya cenderung sangat santai, dengan menyertakan idiom-idiom tertentu. Kolom barangkali boleh disebut sebagai artikel subjektif. Tulisan ini biasanya bersifat renungan, reflektif dengan gaya humor dan satir. Gaya individual sang penulis sangat lekat dalam jenis tulisan seperti ini.
Kolom adalah tulisan sederhana tentang berbagai hal yang ada di sekitar kita. Tulisan ini biasanya menggunakan bahasa yang mudah dipahami, merakyat, sinis, kadang juga penuh canda. Berbeda dengan opini, misalnya. Walaupun harus tetap dengan bahasa populer tetapi opini tak lazim kalau dibuat dengan cara bercanda.
Apa Saja yang Bisa Ditulis?
Dalam tulisan kolom, apa saja bisa menjadi bahan tulisan, bahkan hal-hal yang sering kali mengabaikan aktualitas. Banyaknya anak-anak jalanan di sekitar Bangjo lalu lintas, di tangan Cak Nun (Emha Ainun Nadjib) akan menjadi kolom yang sangat analitis dan mengesankan. Dengan berbagai pandangan yang merakyat khas Kyai Kanjeng tentunya. Lalu lalang Bus Kota, banyaknya pedagang dadakan, menjadi inspirasi tersendiri bagi Gus Dur untuk menuliskannya dalam kolom. Putu Setia, seorang praktisi jurnalistik mengatakan bahwa baik opini maupun kolom menyoroti sebuah berita aktual dengan memberi pendapat-pendapat, baik saran, solusi, kritik dan sebagainya. Apa pun bisa dipermak menjadi sajian kolom yang memikat.
Victor Silaen, seorang penulis media massa, mendapatkan ide-ide menulis dengan menulis secara rutin. Dia biasanya mengonsumsi berita dari radio, koran dan televisi setiap hari. Majalah, tabloid, dan media-media maya merupakan menu tambahannya. Kita harus merasakan ada "sesuatu" yang penting untuk kita angkat dalam sebuah tulisan setiap kali kita mendengar, melihat, menonton sesuatu, atau juga mengalami sesuatu. Di dalam "sesuatu" itulah terkandung ide atau ilham, yang harus kita ingat dan pikirkan terus hingga akhirnya dituang menjadi sebuah tulisan.
Pemula Menulis Kolom?
Bolehkah kemudian sebagai pemula menulis kolom? Tidak ada yang melarang! Dengan ketekunan, kesabaran untuk menyampaikan naskah-naskah tulisan dengan gaya tulisan kolom seorang pemula pun bisa jadi akan menjadi perhatian media massa. Menulis adalah keterampilan. Seperti keterampilan bersepeda, menyetir mobil, atau berenang, tanpa bersentuhan langsung dengan tindakan menulis, kita tidak akan bisa menulis. Sebagai keterampilan, menulis bisa dipelajari. Setiap orang mampu menjadi penulis. Sebab, kemampuan menulis tidak tergantung bakat -- walaupun bakat diperlukan untuk "keindahan" tulisan, membuat sebuah tulisan menjadi "berseni". Orang yang tak berbakat pun bisa jadi penulis jika dia sering berlatih menulis. Bakat adalah urusan orang-orang terpilih, segelintir orang yang mendapat berkah. Adapun kemampuan menulis diperuntukkan bagi siapa saja, tak kenal kasta, status, suku dan agama.
Penulis yang baik adalah orang yang mampu menulis dengan baik kapan saja, di mana saja, dan dalam kondisi apa pun. Penulis yang baik tidak hanya mengandalkan inspirasi. Juga tidak hanya mengandalkan suasana hati. Dia menggunakan seluruh pikiran, perasaan, dan tindakan konkretnya saat menulis. Penulis yang baik juga mampu merangsang dirinya untuk menciptakan suasana hati yang mendukungnya menulis. Dia mampu menyemangati dirinya agar dapat menulis di mana saja dan kapan saja. Dia mengolah pikiran, perasaan, dan tindakan serta dicurahkan dalam bentuk tulisan agar dapat disebarkan kepada orang lain. Penulis yang baik mau berbagi cerita dengan banyak orang lewat tulisannya. Dia adalah seorang dermawan yang mau berbagi pengetahuan dengan siapa saja.
Menjajakan Tulisan
Untuk mengirim tulisan ke media publik, mulailah dari media-media yang berskala "kecil" dan perlahan-lahan baru ke media-media berskala "besar". Mulailah dari tulisan-tulisan yang "ringan" baru kemudian ke tulisan-tulisan yang "berat".
Dalam kaitan itu juga, kita perlu mengenali karakter media yang akan menjadi target kita. Perhatikan soal durasinya, tema-tema favoritnya, aktualitasnya, gaya bahasanya, dan lain-lain. Kalau rasanya semua "syarat" itu sudah kita penuhi, maka kirimlah. Sekarang cukup dengan email saja. Kalau ada beberapa alamat email, kirimlah ke semua alamat itu. Jangan lupa sebutkan alamat dan ponsel kita. Nomor rekening bank kita tidak usah disebutkan, kecuali nanti kalau sudah dimuat. Tunggu apalagi, berkarya yuk!
[Dirangkum dari:]
1. Utomo, Mulyanto. 2010. Menulis di Media Massa. Lembaga Pelatihan Jurnalistik Solopos
2. Silaen, Victor. Kiat Menulis Opini di Media Massa. Dalam http://fppk.penjunan.com/2010/12/kiat-menulis-opini-di-media-massa/