Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PELITAKU
Alkitab dan Penulis
Alkitab dan Penulis
Mencari nafkah hanya dari tulisan kristiani tidaklah mungkin untuk saat ini. Akan tetapi, untuk menjadi penulis yang profesional bukanlah suatu hal yang mustahil. Dalam pertemuan-pertemuan penulis Kristen, yang tidak boleh dilupakan ialah bagaimana menyampaikan firman Allah dalam bahasa yang dipahami oleh manusia pada zaman ini. Bagaimana caranya menggunakan alat tulis untuk menghasilkan tulisan yang baik, yang memberikan pedoman hidup bagi umat manusia tanpa memberi kesan menggurui atau mengkhotbahi. Teknik-teknik penulisan umum dan kristiani tidak jauh berbeda. Akan tetapi, penulisan kristiani berangkat dari suatu konsep yang sudah pasti, sedangkan menulis untuk majalah umum tidak selamanya demikian. Banyak tulisan yang dibuat penulis hanya ditujukan untuk menyenangkan hati, memuaskan intelektual dan emosi, atau demi kepentingan lainnya.
Penulis Kristen sangat mengutamakan kebenaran, kebenaran yang terdapat dalam kehidupan dan kebenaran dalam wujud firman yang telah menjadi Manusia. Kebenaran yang sejati itulah yang menjadi pokok pemikiran penulis kristiani.
1. Menulis dengan menggunakan kisah dari Alkitab.
Para penulis terkenal dunia menimba inspirasinya dari kisah-kisah di dalam Kitab Suci. Para penyair sangat berutang budi kepada Alkitab atas tema-tema besar yang mengilhami mereka. Ada beribu-ribu cerita yang ditulis orang setelah membaca kisah tentang Anak yang Hilang. Beribu-ribu artikel tentang kisah itu telah ditulis. Kisah kehidupan Daud, Elia, Yusuf, dan Yesus Kristus sendiri, telah melahirkan jutaan artikel yang ditulis orang sepanjang masa. Para penulis menafsirkan kembali kisah-kisah mereka dan menuliskan tanggapannya dalam bahasa yang sesuai dengan zamannya.
Melalui cerita-cerita itu, bermunculan para penulis yang tangguh sepanjang kehidupan manusia.
2. Kata kunci yang menjadi pegangan para penulis.
Banyak judul buku dan artikel yang dibuat berdasarkan frasa dari Alkitab; kata-kata kunci yang menjadi latar belakang pemikiran dan kemudian dikembangkan sesuai dengan perkembangan pengetahuan modern. Para penulis karangan kristiani menggunakan konkordansi untuk memperkaya kata kunci yang dipilihnya, bilamana menulis berdasarkan topik tertentu. Tulisan dengan topik yang dipilih kemudian bisa berwarna dan segar di tangan penulis yang kreatif. Dia merangkai suatu masalah yang terdapat di dalam Alkitab dengan menggunakan disiplin, daya khayal, dan pengetahuan yang memadai untuk itu.
Kisah robohnya tembok Yerikho dapat merangsang seorang penulis untuk membahas sebagian kecil saja dari peristiwa itu, tetapi mendalam dan menarik. Misalnya, seberapa tebalkah tembok Yerikho itu? Kalau dia mengadakan penelitian mengenai topik ini, hasilnya pasti menarik bagi seorang editor dan bagi para pembaca pada umumnya. Begitu pula tulisan mengenai Roh Kudus, masih belum banyak yang membuatnya, padahal dasar-dasar tentang Roh Kudus banyak dibahas di dalam Kitab Suci.
Tentu saja penggalian dalam bidang ini memakan waktu yang cukup banyak. Penulis yang disiplin akan tekun menelusuri buku sumber dari berbagai perpustakaan, membaca pelbagai ensiklopedia Alkitab, menggali hasil penelitian para arkeolog, dan sebagainya.
3. Menulis untuk mempertahankan Kitab Suci.
Kehadiran Kitab Suci di tengah-tengah umat manusia telah menunjukkan ketahanannya sendiri. Banyak penulis yang menjadikan Kitab Suci sebagai pokok masalah penulisan. Mereka menulis dan membantah keterangan yang terdapat di dalamnya dengan bukti-bukti yang berdasarkan "ilmu dan pengetahuan" manusia modern. Akan tetapi, sampai kini, Alkitab tetap merupakan sebuah kitab yang paling banyak dicetak dan diterjemahkan di seluruh permukaan dunia ini dan sepanjang sejarah kehidupan manusia.
Alkitab telah membuktikan kehadirannya sendiri. Alkitab telah berjuang untuk dirinya dan ternyata tetap hidup dalam hati manusia. Kitab yang hidup dalam hati manusia adalah kitab yang tidak akan pernah dihapuskan. Apalagi di dalamnya terkandung kebenaran yang sejati dan kebenaran yang mendatangkan kehidupan yang kekal.
Sayangnya, banyak juga penulis yang mengutip ayat-ayat Alkitab dan mengacaukan isinya sekadar untuk menunjukkan betapa kitab itu tidak lagi relevan dengan pengetahuan masa kini. Di samping mengacaukan, juga untuk mengatakan bahwa kitab itu sudah kuno. Ayat-ayat Kitab Suci ditafsirkan di luar konteksnya!
Akan tetapi, Alkitab tetap berdiri tegar di tengah-tengah manusia. Allah sendiri mengatakan bahwa tidak ada kata-kata yang Dia ucapkan kembali dengan sia-sia atau hampa (lihat Yesaya 55:11).
4. Tulisan berdasarkan kesaksian yang bermakna.
Artikel bukanlah sebuah khotbah, dan khotbah bukanlah sebuah artikel. Akan tetapi, keduanya sesungguhnya menghadirkan misi yang tidak berbeda, hanya penampilan yang agak berbeda. Oleh karena itu, seorang penulis yang menyimpan kesaksian dari ayat Alkitab, yang sangat bermakna baginya, dapat menuangkannya dalam bentuk artikel untuk menjadi kesaksian bagi orang lain. Pengalaman pertobatan yang bermakna itu, bila diramu dengan wadah yang tepat, akan menarik bagi penerbit.
Banyak sekali ayat Alkitab yang hidup dalam diri para penulis terkenal atau dalam diri tokoh masyarakat yang masyhur sepanjang zaman. Ihwal siapa mereka itu, menarik untuk dibahas di dalam artikel yang kristiani.
Diambil dari: | ||
Judul buku | : | Bagaimana Menjadi Penulis Kristen yang Sukses |
Judul artikel | : | Alkitab dan Penulis |
Penulis | : | Drs. Wilson Nadeak |
Penerbit | : | Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1989 |
Halaman | : | 68 -- 71 |
- 4475 reads