Sejak sekitar 3 tahun lalu, saya mengenal istilah "Kiat Menulis Bebas" dari Pak Hernowo, penulis yang terkenal dengan konsep "Mengikat Makna". Penemu konsep menulis bebas ini sebenarnya adalah Peter Elbow lewat bukunya "Writing Without Teacher" (sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan judul sama dan diterbitkan oleh Indonesia Publishing atau iPublishing tahun 2007). "Tapi, saya menerapkan kita menulis bebas ini tidak dari Peter Elbow, melainkan dari Dr. James W. Pennebaker, seorang psikolog yang menulis buku 'Opening Up'," ujar Pak Hernowo ketika suatu hari saya mengonfirmasikan konsep "Kiat Menulis Bebas" tersebut padanya. selengkapnya... about Kiat Menulis Bebas: Kiat Paling Jitu Agar Kita Selalu Lancar Menulis!
Metode historis sebagai metode penulisan sejarah meliputi empat langkah, yakni heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Langkah keempat, yakni historiografi, merupakan wujud atau hasil karya dengan metode sejarah. Dalam materi Historiografi Indonesia kali ini akan dibahas tentang perkembangan historiografi (penulisan sejarah) di Indonesia.
Dalam satu dasawarsa terakhir, istilah jurnalisme warga (citizen journalism) mulai populer di kalangan masyarakat pengguna internet Indonesia. Kepopuleran ini salah satunya ditunjang oleh merebaknya blog dan situs jejaring sosial (social networking site) seperti Facebook dan Twitter. selengkapnya... about Mengapa Jurnalisme Warga?
Menulis dan Mengarang
Ada suatu pandangan tradisional yang menyebutkan bahwa menulis dan mengarang adalah dua kegiatan yang berbeda, meski sama-sama berkenaan dengan aspek kebahasaan. Kegiatan menulis sering diasosiasikan dengan ilmu yang sifatnya faktual, sedangkan kegiatan mengarang selalu diasosiasikan dengan karya sastra yang fiksional (Kamandobat 2007). Dengan kata lain, kegiatan menulis mutlak membutuhkan studi ilmiah, sedangkan kegiatan mengarang tidak. selengkapnya... about Menulis Artikel Ilmiah Populer
Peranan pers dalam pengembangan bahasa Melayu menjadi bahasa nasional Indonesia telah diakui. Para pemuda dari berbagai daerah yang menghadiri Kerapatan Pemuda pada 28 Oktober 1928 dengan gampang menerima isi Sumpah Pemuda diktum yang ketiga, yaitu "menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia", antaranya karena pada waktu itu bahasa Melayu lingua franca (yang diganti namanya menjadi "bahasa Indonesia") digunakan dalam pers nasional secara luas. selengkapnya... about Peranan Pers dalam Pengembangan Bahasa
"Demam" berbahasa Indonesia sedang melanda daerah pedesaan. Para orang tua, terutama yang pernah tinggal atau menempuh pendidikan di kota, telah menggunakan Bahasa Indonesia kepada anak-anak mereka. Pilihan ini menyebabkan para anak lebih menguasai Bahasa Indonesia daripada bahasa daerahnya dan juga bahasa sukunya. selengkapnya... about Suarakan Bahasa Daerahmu!
Pepatah lama mengatakan, "Bahasa menunjukkan bangsa." Sepintas, peribahasa ini terlihat sangat sederhana, tetapi sesungguhnya memiliki makna yang sangat luas. Bahasa, dalam bentuk tuturan atau ucapan, sering menjadi petunjuk utama dalam pengidentifikasian seseorang. selengkapnya... about Bahasa Menunjukkan Bangsa
Ketika saya mengikuti bakti sosial di salah satu kecamatan di Gunung Kidul, seorang staf kelurahan tidak dapat lagi mengatakan ruang atau tempat, bisanya mengucapkan "spis" (mungkin sering mendengar orang mengucapkan kata Bahasa Inggris "space"). Lantaran globalisasi dan internasionalisasi, menyatakan Sekolah Dasar saja sampai lupa, bisanya "elementary school". selengkapnya... about Keterjajahan Bahasa