Bahan Belajar Kristen Online dapatkan di:live.sabda.org

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PELITAKU

Artikel

Berikut adalah Daftar Judul Artikel.

Oleh BI PURWANTARI

Selain memiliki industri perbukuan yang merambah pasar dunia, India dikenal mempunyai banyak penulis dunia. Karya-karya mereka, selain dianggap turut mewarnai perkembangan kesusastraan atau pun bidang keilmuan lainnya, juga dilihat sebagai produk kebudayaan yang ikut mengubah dunia.[block:views=similarterms-block_1]

Oleh SALOMO SIMANUNGKALIT

Ibu W langsung membubuhi coretan merah pada kata 'kahat' dalam naskah Kamus Swedia-Indonesia susunan Andre Moller. Sang penyusun semula memasangnya sebagai padan kata Swedia 'svalt'. Namun, penanggung jawab bidang bahasa dan sastra perusahaan yang menerbitkan kamus tersebut menyingkirkan kata itu sebab menganggapnya arkais. Tinggallah bencana kelaparan sebagai satu-satunya kata atau ungkapan Indonesia untuk 'svalt'.

Oleh ANDRE MOLLER

Oleh SAMSUDIN BERLIAN

Kasihan, kan? Sejak pidato raya Presiden pertengahan Agustus lalu, orang bicara miskin melulu. Pastilah orang kaya sedih diabaikan begitu. Jadi mari bicara kaya, biar seimbang.
[block:views=similarterms-block_1]
Apa, sih, kaya itu? Kata kamus, kaya berarti punya banyak harta, ada banyak uang. Intisarinya adalah punya. Itu sebabnya orang kaya disebut pula orang berpunya, orang berada. Kalau ingin tahu anda orang kaya keberapa di dunia berdasarkan penghasilan, kunjungilah http://www.globalrichlist.com/.

Oleh SAMSUDIN BERLIAN

Maaf bukan kata generik, kecuali mungkin pada saat diucapkan sebagai bagian dari ritual, tradisi, atau sopan-santun basa-basi.

Oleh SAMSUDIN BERLIAN

Tak salah lagi! Kata minggu ini ialah: maaf. Sebagaimana kata-kata besar pada umumnya, makin sering digunakan, makin kabur artinya. Agar lebih sreg mengikuti perdebatan mengenai permaafan, berikut ini 25 makna maaf:[block:views=similarterms-block_1]

Oleh : Chairul Saleh/Tim Muda

Bahasa gaul sebenarnya sudah ada sejak 1970-an. Awalnya istilah-istilah dalam bahasa gaul itu untuk merahasiakan isi obrolan dalam komunitas tertentu. Tapi karena sering juga digunakan di luar komunitasnya, lama-lama istilah-istilah tersebut jadi bahasa sehari-hari.[block:views=similarterms-block_1]

Kritik Sastra Indonesia Selama Ini Lebih Banyak Gosip

JAKARTA, KOMPAS - Kerap timbul permasalahan saat berbicara tentang Pramoedya Ananta Toer mengingat sosoknya merupakan ikon heroik. Namun, agar semangat Pramoedya tetap hidup dan tidak terlalu berjurang, terutama dengan kaum muda, sangat penting melihat Pramoedya lehih pada sisi karya sastranya saja.[block:views=similarterms-block_1]

Oleh : TS Asmadi

Apa bahasa nasional Amerika Serikat? Semua pasti menjawab: Inggris. Jawaban itu benar hanya setelah 18 Mei 2006. Sebelumnya AS tak punya bahasa nasional.[block:views=similarterms-block_1]

Memang baru sejak hari itulah negeri Abang Sam memiliki bahasa nasional. Jadi, 230 tahun setelah merdeka! Senat menyetujui bahasa Inggris menjadi bahasa nasional pada 18 Mei 2006 seperti yang diusulkan James Inhofe, Republikan dari Oklahoma. Suara setuju 64 berbanding 34 dengan suara menentang.

Oleh SUDJOKO

Bagi masyarakat Indonesia Timur, sebutan bola sepak tidaklah aneh. Begitulah beberapa puluh tahun yang lalu ketika hanya ada TVRI. Tahun 1990 pertevean kita sudah berkembang jauh. Siarannya juga tidak cuma enam jam sehari. Apalagi sekarang. Dan semua penyiar bilang "sepak bola".[block:views=similarterms-block_1]

Oleh LIE CHARLIE

Kita bisa menduga-duga bahwa pemakaian kata suspect untuk pasien yang dicurigai terjangkiti flu burung terjadi sebab kita menghindari penggunaan kata tersangka, tertuduh, atau terdakwa yang selama ini merupakan padanan suspect sebagai kata benda. Mengapa dihindari? Sebab, kata-kata itu setakat ini hanya dipilih apabila kita berbicara mengenai apa-apa yang erat berkaitan dengan hukum, bukan penyakit.[block:views=similarterms-block_1]

Oleh : BI Purwantari/Litbang Kompas)

Tidak hanya berasal dari para penulis India yang bermukim di negerinya, lebih dari satu dekade terakhir, khazanah sastra dunia diperkaya pula oleh penulis kelahiran India maupun berorang tua kelahiran India, yang dibesarkan di negeri-negeri Barat dan kini memilih bermukim di sana.[block:views=similarterms-block_1]

Oleh SALOMO SIMANUNGKALIT

Mola Pondok Indah itu di mana, Bung? Tentu saja belum tercantum dalam atlas Jakarta mana pun. Mol Pondok Indah? Tak juga. Mal Pondok Indah? Ada yang menyalin begitu. Mall Pondok Indah? Ini hanya masuk akal dalam bahasa Indonggris.[block:views=similarterms-block_1]

Mol, mal, atau mall? Terserahlah! Kawula sampai penggawa di sini tak bakal punya alasan memilih salah satu sebab keajekan berdasar nalar dalam alih bunyi ke aksara belum menyusup sampai di sumsum.

Menulis, Budaya Langka
Oleh Tony Tedjo

Setiap orang bisa menulis, itu benar. Namun, tentunya tidak semua orang menulis dalam level yang sama dengan yang lainnya. Kualitas sebuah tulisan, atau paling tidak apakah tulisan itu enak dibaca, juga tidak dapat dilihat hanya dari usia, gender, latar belakang pendidikan, status sosial, bahkan pemahaman seorang penulis terhadap topik yang ia tulis. Jam terbang tentunya cukup menentukan.

Perjanjian tentang pengangkatan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional yang ditandatangani oleh Indonesia bersama dengan Malaysia dan Brunei merupakan suatu langkah mundur untuk perkembangan kemajuan bahasa Indonesia, kata para ahli bahasa.

Kritik itu muncul ketika pemerintah menyiapkan rancangan undang-undang tentang bahasa, melarang para pejabat menggunakan bahasa asing dalam pidato-pidato dan di tempat-tempat umum.[block:views=similarterms-block_1]

Penulis: Franco Lingua

Penulis : Mahardica

Hanya tujuh? Tentu tidak. Tapi sebagai langkah awal untuk menjadi penulis yang berhasil, tujuh hal inilah yang wajib dihindari seorang penulis. Untuk selanjutnya, biarlah pengalaman yang mengajari Anda.

1. Menulis buku tanpa melengkapi bagian-bagian buku, seperti prakata, daftar pustaka, indeks, glosarium

Penulis : Franco Lingua

Di tengah hiruk-pikuk penanganan bencana alam Yogyakarta dan sekitarnya yang mengulang kasus di Nias tahun lalu, saya justru tidak tertarik untuk menulis apa-apa mengenai peristiwa itu. Kualifikasi saya jauh di bawah mereka yang telah menuliskannya. Oleh karena itu, saya akan membicarakan hal yang lain.

Kali ini, mari kita bicarakan masalah bilangan. Apa itu bilangan? Bilangan merupakan salah satu kitab yang terdapat di Perjanjian Lama. Namun, bukan ini tujuan saya menulis masalah ini. Menurut kamus yang sehari-harinya tergeletak di meja saya - yang terus terang sering meragukan mengingat bukan kamus standar, bilangan merupakan kata berkelas kata kata benda, yang didefinisikan sebagai jumlah, banyaknya benda, satuan jumlah, lingkungan daerah. Semua definisi itu memang akan membingungkan kalau terpisah dari konteksnya. Namun, percayalah bahwa kita semua akan memahaminya meski seringkali sulit menerjemahkan pemahaman tersebut.

Penulis : Franco Lingua

Seiring perkembangan, berbagai istilah baru pun bermunculan. Keyboard tidak hanya dikenal sebagai alat musik, tetapi juga "papan ketik" untuk komputer. Mouse dulunya digunakan sebagai referen untuk tikus, kini sebutan itu juga ditujukan untuk mengacu pada salah satu perangkat pendukung komputer. Dalam pergaulan sehari-hari, beragam istilah baru juga bermunculan. Maraknya istilah baru ini umumnya disosialisasikan oleh generasi muda ABG.<!--break-->
[block:views=similarterms-block_1]

Penulis : Franco Lingua

Memungut Ide

Dalam setiap tulisan, ide menjadi sesuatu yang sangat vital. Tanpanya, sebuah tulisan mungkin hanya akan menjadi kumpulan kalimat yang tidak jelas arahnya. Dengan demikian, ide juga dapat menjadi pemandu tulisan.

Sebagai penulis pemula, sering kali kita terjebak untuk memikirkan ide yang hebat-hebat. Kita cenderung berpikir untuk menarik perhatian pembaca melalui tulisan yang hendak kita kerjakan tersebut. Kita lupa bahwa semua yang ada di sekitar kita dapat menjadi ide. Karena ingin menulis sesuatu yang luar biasa, akhirnya kita cenderung mengabaikan hal-hal kecil, hal-hal biasa yang sebenarnya bisa memberi nilai tersendiri bagi tulisan kita.

Oleh Robert Lawrence Holt
Sekali Anda menjual naskah kepada penerbit besar, Anda dapat mengupayakan perubahan pada judul, sampul, format, gaya, ilustrasi, penempatan foto, dan sebagainya. Tapi, setelah menerbitkan buku, Anda juga bakal menemukan beberapa kendala yang sulit diterima.[block:views=similarterms-block_1]

Diterjemahkan oleh Ary dari situs: http://www.christianitytoday.com/

"Jika ada yang dapat membuktikan padaku bahwa Kristus berada di luar kebenaran dan bahwa pada kenyataannya kebenaran berada di luar Kristus, aku akan tetap memilih Kristus ketimbang kebenaran."

Demikian kalimat menjelang kematian itu ia katakan, Fyodor Dostoyevsky, 29 tahun ketika itu sedang bersama tahanan lainnya, berada di tengah arena, siap untuk ditembak.

Penulis : Benny H Hoed

Apa yang sedang terjadi di bidang penerjemahan di negeri kita? Di kalangan kita masih terjadi ketidakpahaman akan kemampuan dan peran penerjemah, yakni mengalihkan pesan teks suatu bahasa ke bahasa yang lain dan berperan sebagai jembatan yang menghubungkan dua pihak. Posisinya sangat strategis. Kesalahan penerjemahan memberikan dampak yang buruk pada pemahaman pembaca.[block:views=similarterms-block_1]

Sumber: Pustakaloka Kompas, Sabtu 24 Mei 2003

Menerjemahkan buku atau karya tulis baik itu fiksi maupun nonfiksi dari bahasa satu ke bahasa yang lain adalah suatu pekerjaan yang tidak hanya sekadar mengalihbahasakan suatu karya saja. Namun, lebih dari itu, penerjemah juga dituntut untuk menyalurkan gagasan penulis ke pembaca dalam bahasa sasaran.

Penulis : Ary Cahya Utomo

Sastrawan menulis buku non-fiksi? Bukan hal aneh. Ilmuwan atau wartawan menulis cerpen atau novel? Juga banyak. Umberto Eco menulis novel "In the Name of Rose" sebaik ia menulis teori-teorinya tentang semiologi, Jean Paul Sartre dikenal sebagai tokoh filsafat namun ia dinobatkan sebagai pemenang Nobel Sastra atas karya novelnya, Sihar Ramses Simatupang adalah wartawan Sinar Harapan yang tahun lalu meluncurkan sebuah novel berjudul Lorca, dan banyak lagi contoh lainnya. Walaupun menekuni satu bidang memang baik karena keterbiasaan akan membuat kualitas tulisan kita lebih bagus, namun tak ada salahnya jika sesekali kita mencoba bentuk tulisan lain.

Penulis : Aloisius Widyamartaya dan Veronica Sudiati

Praktik menulis berikut ini bertujuan menanamkan secara lebih mendalam cita rasa tata susunan (a sense of structure) dalam menulis karangan. Cita rasa ini membangun kepercayaan diri dalam menghadapi tugas atau pekerjaan menulis karangan apa pun. Dengan cita rasa ini, kita percaya akan dapat memberikan tatanan kepada gagasan-gagasan kita. Pada umumnya, orang suka dan ingin dapat mengarang untuk mengungkapkan dan menyampaikan gagasannya kepada orang lain supaya dipahami.

Penulis: Lucile Vaughan Payne

Sumber : 10 Kisah Hidup Penulis Dunia

Kahlil Gibran lahir pada tanggal 6 Januari 1883 di Beshari, Lebanon. Beshari sendiri merupakan daerah yang kerap disinggahi badai, gempa serta petir. Tak heran bila sejak kecil, mata Gibran sudah terbiasa menangkap fenomena-fenomena alam tersebut. Inilah yang nantinya banyak mempengaruhi tulisan-tulisannya tentang alam.

Penulis: Ary Cahya Utomo

"Berbahagialah orang yang membawa damai di antara manusia; Allah akan mengaku mereka sebagai anak-anak-Nya

Penulis : Hardhono

Ada sedikit kesalahpahaman dalam mengartikan istilah artikel. Banyak orang menganggap bahwa artikel ialah semua tulisan yang terdapat di media cetak, tanpa mempedulikan bentuknya. Hal ini juga yang dipercaya oleh sebagian masyarakat Amerika dan Eropa pada tahun 1950-an. Namun, setelah profesi tulis-menulis mengalami perkembangan, mulailah dibedakan antara tulisan yang berisi laporan peristiwa (berita), tulisan berisi pendapat pribadi (opini), tulisan yang bersifat human interest (karangan khas), dan tulisan yang berisi pendirian subjektif terhadap suatu masalah (artikel).

Penulis : Ary Cahya Utomo dari berbagai sumber

Satu-satunya penulis Indonesia yang pernah berkali-kali menjadi kandidat pemenang Nobel Sastra. Seorang penulis yang begitu dihargai di luar negeri namun justru dianiaya oleh pemerintah di negerinya sendiri. Itulah Pramoedya Ananta Toer (biasa disebut Pram saja) yang bulan ini merayakan ulang tahunnya yang ke 81 tahun. Apa saja yang bisa kita pelajari dari kehidupan sastrawan yang karyanya, kata banyak orang, adalah 'bacaan wajib' bagi setiap orang Indonesia yang ingin menjadi penulis ini? Simak saja beberapa hal berikut:Penulis : Ary Cahya Utomo dari berbagai sumber

Satu-satunya penulis Indonesia yang pernah berkali-kali menjadi kandidat pemenang Nobel Sastra. Seorang penulis yang begitu dihargai di luar negeri namun justru dianiaya oleh pemerintah di negerinya sendiri. Itulah Pramoedya Ananta Toer (biasa disebut Pram saja) yang bulan ini merayakan ulang tahunnya yang ke 81 tahun. Apa saja yang bisa kita pelajari dari kehidupan sastrawan yang karyanya, kata banyak orang, adalah "bacaan wajib" bagi setiap orang Indonesia yang ingin menjadi penulis ini? Simak saja beberapa hal berikut:

Sumber diringkas dari :http://www.answers.com/topic/leo-tolstoy.htm

Penulis besar, pecinta kaum Papa nama lengkapnya adalah Lyev Nikolayevich Tolstoy, lahir di Yasnaya, Tula, Rusia tanggal 28 Agustus 1828 dari sebuah keluarga ningrat. Sejak umur 9 th orang tuanya meninggal sehingga ia dibesarkan dalam asuhan bibinya. Meskipun berasal dari keluarga ningrat, Tolstoy tidak menjadi angkuh dan ingin dihormati, justru sebaliknya ia dikenal sebagai filsuf moral dan reformator sosial.[block:views=similarterms-block_1]

Penulis: Robert Trexler dan Jennifer Trafton

Penulis : Triwibs

"Nasihat" bagi Para Penulis Muda

ROWLING menulis cerita HP di kedai kopi,sambil ngasuh anak. ceritanya sudah ada di benaknya saat di perjalanan kereta yg membosankan. Pada tahu 1997, Rowling umur 28, buku HP pertama usai sudah. Tebalnya 309 halaman, dan tampaknya tidak menarik bagi generasi muda penikmat nintendo atau playstation. tetapi, tak dinyana, kabar menyebar cepat dari mulut anak-anak. HP cerita hebat,kata mereka. Sebagian anak bahkan bilang, cerita ini tidak mungkin diceritakan bapak-ibu-guru atau ayah-ibu-dirumah. Maka orng dewasa pun ikutan membaca.

Pertama kali Anda membaca buku tulisan Grace Suryani, yang berjudul The Puzzle of Teenage Life (Penerbit Kairos), dalam hati mungkin Anda akan berpikir, "Ah ... bahasa apaan nih, kacau banget ...." Namun, setelah Anda membaca satu, dua judul, maka Anda akan mulai sadar bahwa inilah Grace, remaja berusia 18 tahun, yang sedang menulis untuk remaja-remaja sebayanya. Nah, barulah Anda akan berkomentar, "Wah ... hebat juga nih anak ...." Akan tetapi, keberhasilan Grace menulis buku bukan tanpa perjuangan atau keberanian. Anda ingin tahu bagaimana ia memulai menulis bukunya dan apa yang memotivasinya untuk menulis? Bacalah pengakuannya berikut ini:

Gambar: Kesaksian

Oi! Hehehe. Duh guys, saya ini bersyukur banget bisa bikin ini buku. Buat saya pribadi, buku ini lebih dari sekadar buku. Ini juga lambang "kebebasan berbicara". Lahir sebagai cewek, masih muda lagi, bikin omongan saya hampir tak terdengar. Setiap kali mau curhat atau mengemukakan pendapat, ada segudang tembok yang menghalangi. En, sekalipun saya bisa "bicara", kadang saya tidak pernah dilihat sebagai seorang pribadi. Ketika saya bicara di sekolah, orang-orang melihat saya sebagai sekretaris sekbid, anak alim .... Ketika saya bicara di gereja, saya dilihat sebagai anaknya bapak itu, keponakannya Pdt. Z, anaknya ibu majelis.

Lama-lama, saya muak. Habis, saya selalu berusaha setuju sekalipun saya tidak setuju. Hidup pakai topeng .... munafik. Ketika sepertinya tidak ada orang yang peduli dengan isi hati saya, tiba-tiba "I met Someone" -- Seseorang yang memberi saya anugerah terindah (kayak lagunya Sheila on 7). Pribadi yang juga memberi saya kemampuan untuk "bicara". Bicara lewat tulisan. En, sejak saat itu, hidup saya berubah ....

En, that Guy enggak cuman kasih saya karunia, tetapi juga tugas yang harus saya kerjakan. Dahulunya, saya pikir aduhh ... dikasih PR segala. Namun, ternyata saya suka banget bikin tugasnya ... habis tugasnya seru sih! Bikin Puzzle. Puzzle kehidupan.

Pengalaman hidup bersama Yesus adalah sumber menulis yang tak pernah kering. (Grace Suryani)


Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram

Kehidupan itu sebenarnya puzzle yang gedhe banget ... tiap keputusan yang kita bikin, itu satu potongan puzzle. En, kalau dirangkai, bakal jadi satu keputusan. Jadi puzzle. Masalahnya, apakah puzzle yang kita bikin itu gambarnya bagus atau kagak, itu tergantung dari tiap potongan (baca keputusan) yang kita pilih. Kalau kita pilih potongan yang benar, yah jadinya bagus. Kalau kita pilihnya ngawur, hasilnya ajubile binjali deh!

Tulisan di atas adalah kutipan kata pengantar (cuap-cuap) dari buku The Puzzle of Teenage Life, oleh Grace Suryani. Kami ajurkan Anda membaca buku ini karena selain dapat belajar tentang bagaimana mendapatkan ide-ide menulis, Anda juga akan diajak untuk merenungkan kehidupan sehari-hari dengan Tuhan. Di sinilah, sebenarnya nilai utama dari buku ini. Bagi Grace, pengalaman hidup bersama Yesus adalah sumber menulis yang tak pernah kering. Yesuslah yang telah mengubah hidupnya dan Yesuslah yang menjadi inspirasi bagi tulisannya.

Sumber kesaksian: Grace Suryani

Berikut ini adalah rangkuman kesaksian dari Ida Cynthia S., seorang penulis Majalah Kartini, Anita-Cemerlang, Mahkota dan Nona, Jakarta, mengenai pengalamannya dalam menulis. Silakan Anda menyimak sajiannya berikut ini.

Mengapa menulis? Apakah menulis memberikan manfaat? Kesaksian dari Caryn Mirriam Goldberg, Ph.D. berikut ini membantu kita untuk melihat bagaimana menulis bisa menjadi pusat hidupnya. Dikatakannya bahwa menulis menyelamatkan hidupnya, ... apakah juga mungkin dapat menyelamatkan hidup Anda? Selamat membaca!

Oleh: David Andreas

WRITING CALL
Mantan Perdana Menteri Inggris yang kesohor, Winston Churchill pernah mengatakan demikian: "Dalam fase pertama, menulis mungkin merupakan kesenangan atau suatu permainan. Tetapi ketika memasuki fase kelima, menulis akan menjadi suatu tiran yang mengatur hidup Anda!" (James Collins: BUILT TO LAST. ERLANGGA: Jakarta, 2001).[block:views=similarterms-block_1]

Penulis: Drs. Wilson Nadeak

Seorang editor mengeluh, "Sebagian tulisan yang saya terima kesaksian melulu. Sebagian lagi tulisan yang mengkhotbahi. "Payah," katanya bernada murung. "Apakah tidak ada orang Kristen yang dapat membedakan kesaksian, khotbah, dan artikel?"

1. Pengalaman pribadi

Kata "motivasi" sering digunakan orang tanpa mengetahui arti yang sebenarnya. Padahal, kata ini sangat berkaitan dengan penulisan. Oleh karena itu, coba kita perhatikan apakah arti kata motivasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Menurut kamus ini, "Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu; atau usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya."

Gambar: Anne Tyler

Pengertian yang diberikan dalam kamus ini cukup memadai untuk mendukung pembicaraan dalam tulisan ini. Banyak orang menulis karena dorongan sesuatu yang kurang jelas baginya, yang secara sadar atau tidak sadar, merekam dorongan hatinya dalam bentuk tulisan. Dorongan yang kuat dan tidak terbendung itu adalah modal utama bagi seorang penulis yang ingin berhasil untuk menuangkan buah pikirannya. Tanpa dorongan itu, hasilnya kurang memuaskan. Akan tetapi, bila dorongan yang kuat itu diwujudkan untuk mengejar kepuasan batiniah, dilahirkan dalam bentuk yang diinginkan, maka kepuasan yang tiada taranya akan diperoleh.

Dorongan itu diperoleh mungkin secara tiba-tiba, mungkin pula secara kebetulan karena terlibat dalam percakapan atau ketika membaca sebuah buku, atau mendengarkan sebuah kabar yang menarik. Ada sesuatu yang mendesak-desak dalam dadanya yang hendak dicetuskan, suatu kobaran yang tidak terbendung. Dan, seorang penulis yang sudah "jadi" akan memanfaatkan kesempatan ini untuk melahirkan karyanya. Tidaklah mengherankan apabila ia dapat menuliskan karyanya dalam tempo yang relatif "singkat". Dadanya serasa sesak dan tangannya bergerak dengan lincah di atas mesin ketik. Segalanya terasa berjalan dengan mudah dan lancar, hanya karena adanya suatu motivasi yang kuat di dalam dirinya.

Jika motivasinya bersifat religius, "Injil" yang dianggap "Kabar Baik" itu akan mendesaknya untuk memberitakan-Nya kepada orang lain yang belum pernah mendengar. Ia tidak akan pernah dapat tidur nyenyak sebelum ia mencurahkan kabar baik itu dari dalam hati dan pikirannya. Ia akan menuliskan pesan yang mengetuk hatinya, dalam bentuk artikel. Suatu rasa puas yang luar biasa akan dirasakannya setelah melihat tulisan atau artikel itu muncul dalam majalah. Di sini, ada sesuatu yang mendorongnya, dorongan untuk menuliskan kabar Injil, sesuatu berita baik yang mendatangkan kebahagiaan kepada orang lain.

Akan tetapi, ada juga orang yang terdorong menulis artikel karena uang. Pengharapan yang diletakkannya di depan ialah uang, setiap kali ia menyelesaikan bagian demi bagian dari tulisannya, ia mengharapkan tulisannya segera selesai karena tidak lama lagi ia akan mendapatkan uang sebagai imbalannya. Dengan demikian, pikirannya dipenuhi dengan uang. Pada umumnya, dorongan seperti ini tidak mendatangkan hasil yang memuaskan. Ia cenderung menulis dengan cepat hanya sekadar untuk memperoleh imbalan. Berbeda dengan dorongan "Injil" yang dikatakan di atas, yang membuat orang meletakkan pengharapan di depan, kepuasan batin karena orang lain akan memperoleh berita keselamatan. Kita tahu bahwa uang memang penting, tetapi uang bukan tujuan utama. Uang adalah imbalan yang menyusul kemudian. Yang diutamakan ialah penyampaian ide dan sesuatu yang amat berharga bagi sesama.

David E. Hensley menyebutkan empat kata yang penting untuk diingat dan diperhatikan oleh seorang penulis atau calon penulis. Keempat kata itu adalah sikap, perspektif, disiplin, dan visi. Keempat kata itu sangat erat kaitannya dengan motivasi dalam penulisan. Berikut ini, saya akan menjabarkan pemikiran yang disampaikannya itu.

1. Sikap

Seorang penulis ataupun pemula harus memiliki keyakinan atas kerja ataupun karya yang digarapnya. Ia harus memiliki suatu sikap tertentu yang jelas dan unik. Ibarat fisik penulis itu sendiri, ia bisa saja memiliki organ yang serupa dengan organ tubuh orang lain, tetapi yang jelas, ia berbeda dari siapa pun. Ia tidak akan pernah sama dengan orang lain. Tuhan telah menciptakan manusia dalam wujud yang unik. Ia tidak sama dengan orang lain, dan orang lain tidak sama dengan dia. Ia merupakan suatu unikum. Setiap individu adalah unik, memiliki ciri kepribadian sendiri; dan karena itu, memiliki sikap hidup yang jelas dan berbeda dari corak yang dimiliki orang lain.

Di dalam berkarya pun, ia harus bersikap demikian. Ia memiliki sikap hidup yang telah terbentuk. Sebagai orang Kristen, ia memiliki sikap hidup yang tidak dapat ditawar-tawar. Sikap hidup yang unik inilah yang melahirkan karya yang unik pula, karya yang memiliki corak yang kristiani.

Ia dapat melakukan sesuatu yang mungkin tidak dapat dilakukan orang lain, tentu dengan caranya sendiri. Karena hal ini telah menjadi bagian dari hidupnya, maka sadar atau tidak sadar, sikapnya akan tampak dalam karya-karyanya. Keyakinannya memberi warna pada karyanya, suatu unikum yang tidak dimiliki orang lain. Barangkali, sikap ini memberi warna yang dominan bagi karya-karyanya karena apa yang dihayatinya, itulah yang diungkapkannya. Karya yang unik dan mandiri itu senantiasa menunjukkan kesegarannya. Ia memiliki napas yang menghidupi setiap gerak-geriknya. Orang yang membacanya akan hanyut dalam sajiannya! Para editor pada umumnya menginginkan naskah yang demikian.

2. Perspektif

Seorang penulis pemula harus memiliki stamina. Ia harus menjadi pembaca yang baik, yang sanggup merendahkan hati untuk berguru kepada orang lain, lingkungan, dan pengetahuan. Ia memiliki pandangan yang jauh ke depan. Ibarat sebatang pohon, ia tidak tumbuh dalam satu malam saja lantas berbuah. Pohon itu tumbuh dari benih, mengalami proses pertumbuhan alami, melalui deraan hujan dan terik matahari. Mungkin juga tiupan badai akan mengukuhkan akarnya sehingga menukik ke dalam tanah untuk mempertahankan pertumbuhannya. Tahun demi tahun tantangan itu dihadapi, sampai akhirnya dahan-dahannya mengeluarkan buah. Tidak semua buahnya matang dengan sempurna, sebagian mungkin gugur sebelum waktunya, sebagian lagi dimakan burung, serangga, ulat, atau dijolok oleh anak-anak. Yang hanya sisa sebagian saja, itulah yang mendatangkan kebahagiaan bagi pemiliknya yang berusaha keras memeliharanya!

Penulis pemula tidak memandang naskah-naskah yang dikembalikan redaksi sebagai suatu penolakan terhadap dirinya. Redaksi atau editor naskah, editor artikel, dan sebagainya, menolak sebuah naskah yang terdiri dari beberapa halaman yang ada di atas mejanya. Ia tidak pernah berpikir untuk menolak penulisnya! Surat ataupun kartu penolakan adalah sesuatu yang lumrah, apalagi bagi penulis pemula. Ada yang menganggapnya sebagai tangga untuk meraih sukses.

Abraham Lincoln meraih tangga sukses melalui kegagalan yang bertubi-tubi. Untuk menjadi senator saja, ia harus berjuang mati-matian, dikalahkan berulang-ulang, sampai akhirnya ia menjadi presiden Amerika Serikat!

Kartu penolakan naskah adalah jenjang pertama menuju sukses! Orang lain mengatakan bahwa kegagalan adalah langkah praktis menuju sukses. Atau, ada pula yang mengatakan bahwa kegagalan itu bagaikan tonjolan-tonjolan batu di bukit karang terjal, tanpa tonjolan batu itu, pendaki tidak mungkin dapat mendakinya. Bukankah banyak dari antara penulis yang menerima hadiah Nobel semula menerima kartu penolakan dan pengembalian naskah? Seandainya artikel Anda dikembalikan, anggaplah bahwa editornya memiliki naskah yang cukup di mejanya mengenai bidang itu. Oleh karena itu, garaplah bidang yang lain yang mungkin belum ditulis orang atau belum banyak dalam persediaan editor. Kadang-kadang, ada juga editor yang sedang kebingungan, lalu ia menolak naskah apa saja yang datang ke mejanya pada hari ia dongkol itu! Penolakan kecil adalah bagian dari proses perkembangan. Tetaplah memiliki tekad yang membara. Jangan berharap memperoleh imbalan yang cepat pada awal karier. Penulis, pada awal karier penulisannya, menulis hampir sepuluh tahun di pelbagai media massa tanpa memperoleh imbalan satu sen pun. Setiap kali honorarium diminta, selalu tidak mendapat jawaban dari redaksinya. Entah mengapa, penulis tidak tahu. Padahal, media massa itu bukanlah milik sebuah perusahaan. Namun, sikap mereka tetap satu: membisu setiap kali honorarium diminta! Setelah tahun kesebelas, penulis baru mendapat imbalan. Imbalan itu datang dengan sendirinya setelah merasa bahwa menulis bukanlah untuk memperoleh uang. Entah mengapa, situasi itu bagaikan koor saja! Editor dan staf redaksi adalah manusia juga. Stamina memang diperlukan.

3. Disiplin

Seorang penulis sejak mengangkat penanya, berkenalan dengan teknik dan disiplin. Ia memegang pena, atau menekan tuts mesin ketik. Semua alat itu sudah didisiplinkan dan dimekaniskan. Pelakunya harus mengenal disiplin yang berkaitan dengan benda itu. Apalagi penulis sudah menuliskan kalimat. Dengan demikian, ia pun berkenalan dengan disiplin lain, konvensi dan lambang-lambang huruf. Ia mulai "mempermainkan" huruf dalam batas-batas pengertian. Ia memberi makna kepada huruf. Ia harus mengetahui aturan, struktur kalimat, dan bentuk-bentuk yang berkaitan dengan itu. Apa yang terkandung dalam benaknya diungkapkan melalui alat yang memiliki disiplin itu!

Penulis yang baik, sejak awal menggoreskan penanya, sudah harus menyiapkan diri dengan disiplin penulisan. Ia harus menjadi pembaca yang setia dan mengenal tanda-tanda baca. Orang yang menghadiri pertemuan-pertemuan, seminar-seminar penulisan, dan penataran-penataran, jika tidak mempraktikkannya, tidak akan memperoleh manfaat darinya. Orang yang menghadiri pertemuan seperti itu cenderung menganggap dirinya penulis atau pengarang, tetapi tidak pernah menulis. Hal yang demikian adalah lamunan kosong belaka.

Orang yang tidak mengenal disiplin tidak akan memperoleh imbalan sama sekali! Langkah-langkah yang ditempuhnya tidak akan beraturan dan hasilnya pun tidak akan memuaskan.

4. Visi

Seorang penulis Kristen harus memiliki visi, yaitu suatu kemampuan untuk memandang jauh ke depan dengan mengetahui apa yang sudah terjadi. Ini menyangkut daya nalar dan daya khayal. Raja Salomo pernah berkata, "Jika tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat" (Amsal 29:18).

Menulis bagi seorang Kristen berarti memiliki misi tertentu yang membentuk visinya. Bobot tulisannya diresapi oleh tujuan misi tersebut. Berangkat dari situlah, ia mengembangkan kemampuannya untuk mencapai target yang paling luhur: menyampaikan berita keselamatan.

Orang yang memiliki visi akan mempunyai pengharapan. Orang yang memiliki pengharapan akan memiliki tujuan, dan orang yang memiliki tujuan yang luhur akan memandang jauh ke depan kepada sebuah cita-cita yang tinggi, memuliakan Tuhan dan meluhurkan jiwa manusia di dunia yang fana ini.

Karena ada visi, maka manusia memiliki kreativitas. Manusia yang kreatif akan senantiasa mencari kebaruan yang membahagiakan manusia.

Audio Motivasi untuk Menulis

Dikutip dari:
Judul buku : Bagaimana Menjadi Penulis Artikel Kristiani yang Sukses
Judul artikel : Motivasi untuk Menulis
Judul artikel : Bebas dalam Kasih
Penulis artikel : Drs. Wilson Nadeak
Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1989
Halaman : 16 -- 23

Cerpen internet sangatlah populer. Kalau Tuhan Yesus sendiri banyak menggunakan cerita-cerita pendek sebagai sarana utama penginjilan-Nya, maka berarti strategi penginjilan lewat cerpen menunggu untuk dipakai! Namun, masih jarang orang Kristen yang menyadari peluang ini. Kita bisa membuat situs (atau bagian dari situs) yang berisi cerita-cerita pendek.

Hampir semua perusahaan di dunia ini, terutama yang profesional, selalu memiliki visi dan misi perusahaan. Istilah yang mereka pakai bermacam-macam. Namun, yang paling sering mereka pakai, terutama di buku-buku manajemen adalah Mission Statement (Pernyataan Misi).

Penulis: Lie Charlie

Nonaktif. Kata ini meruap kala seorang pejabat terkena kasus atau intrik politik. Misalnya kala Kapolri Bimantoro dinonaktifkan oleh Presiden Gus Dur pertengahan tahun 2001. Begitu juga ketika Syahril Sabirin tersandung kasus Bank Bali. Ia diminta nonaktif dari jabatannya. Kasus terbaru tentunya Akbar Tandjung.

Kata tidak

Penulis: J.S. Badudu

Penulis : J.S. Badudu

Penulis : Dendy Sugono

Di dalam kenyataan penggunaan bahasa masih banyak kesalahan bahasa yang disebabkan oleh kesalahan penerapan ejaan, terutama tanda baca. Penyebabnya, antara lain ialah adanya perbedaan konsepsi pengertian tanda baca di dalam ejaan sebelumnya yaitu tanda baca diartikan sebagai tanda bagaimana seharusnya membaca tulisan.

Pages

Komentar