Bahan Belajar Kristen Online dapatkan di:live.sabda.org

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PELITAKU

Menulis Cerita Anak

Oleh: Raka Sukma Kurnia

Menulis cerita anak bisa dibilang gampang-gampang susah. Keluasan kosakata yang dimiliki orang dewasa, apalagi yang memiliki wawasan luas belum menjamin cerita yang disajikan akan mengena pada anak-anak. Juga tidak cukup hanya dengan menghadirkan cerita-cerita fantasi dari negeri dongeng. Tidak pula hanya dengan "pada zaman dahulu kala" atau "pada suatu ketika" dan frasa-frasa sejenisnya. [block:views=similarterms-block_1]

Meskipun ditujukan untuk anak-anak, kita tetap perlu mengetahui beberapa aspek penting yang perlu dipersiapkan sebelum mulai menulis.

  1. Aspek nilai moral
    Aspek ini merupakan aspek yang penting dalam cerita anak. Sebuah cerita anak yang tidak disertai nilai moral apa pun akan menjadi sebuah cerita yang tidak bernilai. Oleh karena itu, kita harus menentukan nilai moral yang hendak disampaikan dalam cerita. Berkenaan dengan nilai moral, dua hal berikut ini perlu diperhitungkan.
    1. Pertama-tama, tentukanlah nilai moral utama yang hendak disampaikan. Penentuan ini perlu dilakukan sebelum kita mulai menulis cerita. Tujuannya, agar cerita yang ditulis tidak berakhir dengan tidak bernilai sama sekali. Menulis sambil mengalir memang tidak menutup kemungkinan terbangunnya nilai moral tertentu. Akan tetapi, cerita yang dihasilkan bisa tidak memiliki nilai utama. Padahal nilai utama inilah yang penting disampaikan.
    2. Setelah nilai utama ditentukan, jabarkan pula nilai-nilai moral pendukung. Hal ini tidak mutlak ditentukan sebelum penulisan; bisa saja dilakukan sembari menulis. Untuk itu, gunakan nilai moral utama itu sebagai panduan sehingga keseluruhan cerita menghadirkan nilai-nilai moral yang saling terkait satu dengan lainnya.

    Anggaplah kita hendak menyajikan pesan moral "belajar itu penting". Nilai-nilai moral pendukung di seputarnya bisa saja berupa "belajar dari buku akan membuka wawasan", "koleksi buku bisa menjadi langkah membangun perpustakaan pribadi", "belajar dari alam membawa pengenalan yang lebih dekat pada alam", dan lain-lain. Penyajiannya bisa diarahkan ke arah keberhasilan (positif) atau kegagalan (negatif), tergantung penekanannya.

  2. Aspek struktur cerita
    Sebagaimana dikemukakan Korrie Layun Rampan (lihat artikel pertama), struktur cerita anak tidak berbeda jauh dengan struktur fiksi dewasa. Oleh karena itu, susun bangun cerita mulai dari tema, alur, penokohan, latar, dan gaya harus terkandung pula dalam cerita anak yang hendak disajikan.
    1. Umumnya, tema tidak terlalu berbeda jauh dengan nilai moral utama cerita. Karena sebelumnya kita telah menentukan nilai tersebut, penentuan tema dapat dianggap telah kita lakukan.
    2. Alur yang paling sederhana ialah alur maju. Alur seperti ini dapat digunakan untuk menghadirkan cerita anak yang pendek. Bila berminat menulis cerita yang panjang, variasi alur dapat dilakukan sepanjang kita masih mampu menjaga konsistensi penyampaian cerita.
    3. Ada baiknya merinci karakter-karakter yang akan disertakan dalam cerita, baik itu tokoh protagonis, maupun antagonis. Pada tahap ini, kita bisa sekaligus menentukan nama-nama tokoh tersebut. Rincian karakter tokoh akan membantu kita untuk konsisten ketika mulai menulis cerita.
    4. Latar merupakan bagian yang juga menentukan dalam cerita. Untuk itu, kita perlu memerhatikan kaitan antara latar waktu dengan tempat. Suasana menjelang malam, misalnya, bisa dilengkapi dengan nuansa yang mulai menggelap, warna langit yang memerah di ufuk barat, lampu-lampu yang mulai dinyalakan, dan nuansa-nuansa lainnya.
    5. Unsur gaya berkenaan dengan bagaimana menyampaikan cerita. Termasuk di sini urusan pilihan kata dan kalimat. Untuk kedua hal ini, sebaiknya gunakan pilihan kata yang cocok untuk anak-anak -- gunakan kata-kata konkret daripada abstrak; kalimat yang digunakan juga sebaiknya kalimat-kalimat sederhana yang mudah dipahami. Di sini pulalah kita harus tentukan, hendak menggunakan sudut pandang mana dalam cerita yang kita tulis. Yang jelas, kita harus konsisten dalam menggunakan sudut pandang, apakah hendak memakai sudut pandang orang pertama atau ketiga.
  3. Aspek kerangka cerita

    Setelah menentukan seperti apa struktur dari cerita yang hendak ditulis, kini saatnya kita menuangkan ide-ide kita dalam kerangka karangan. Susunlah kerangka karangan sejelas-jelasnya.

    Kerangka karangan yang hanya terdiri dari beberapa kata bisa menyulitkan. Meski pada dasarnya tidak mutlak, ada baiknya menyusun kerangka dengan satu atau dua kalimat sehingga ketika hendak menjabarkannya, kita tidak kebingungan.

  4. Aspek bahasa

    Karena cerita yang akan kita tulis adalah cerita anak, kita harus lebih memerhatikan penggunaan bahasa dalam cerita. Itulah sebabnya, pengetahuan luas tidak akan berguna kecuali disertai dengan kemampuan menerjemahkan kalimat menjadi bahasa yang mudah dimengerti anak-anak. Aspek ini jelas berkaitan dengan unsur kelima dari cerita, yaitu gaya.

    Ada baiknya kita mengikuti saran-saran praktis Sumardi (Bagaimana Menciptakan Cerita Anak yang Unggul? dalam "Teknik Menulis Cerita Anak, hlm. 150-151) berikut.

    1. Setiap kali akan menggunakan kata, istilah, dan ungkapan yang khusus, hendaknya diuji dengan sebuah pertanyaan, "Apakah anak- anak mengerti dengan kata, istilah, atau ungkapan ini?"
    2. Hindari penggunaan kalimat yang ruwet. Kalimat yang ruwet biasanya diakibatkan struktur yang salah atau gagasan yang dikemukakan terlalu banyak sehingga sulit ditata.
    3. Hindari kalimat yang terlalu panjang. Kalimat seperti itu biasanya mengandung bagian atau anak kalimat dan keterangan yang terlalu banyak. Sebaiknya, gunakan kalimat yang hanya terdiri dari dua bagian, induk dan anak kalimat.
  5. Aspek referensi

    Aspek ini merupakan aspek penting dalam suatu penyajian cerita anak. Sebelum mulai menulis cerita, selain memikirkan keempat aspek sebelumnya, kita harus memiliki bahan-bahan pengaya cerita terlebih dahulu. Bahan-bahan pengaya ini bisa disebut sebagai bahan referensi. Bahan-bahan ini tidak hanya akan memperkaya penceritaan kita nantinya, tapi juga membantu kita dalam menghadirkan fakta-fakta umum.

    Apa saja sumber-sumber referensi yang bisa kita gunakan untuk menulis cerita anak? Ada beberapa yang bisa kita manfaatkan, yaitu:

    1. film anak-anak;
    2. buku cerita anak-anak;
    3. buku pelajaran anak;
    4. buku ensiklopedia;
    5. alam sekitar.

Kelima aspek di atas kiranya membantu Anda dalam menyajikan sebuah cerita anak yang baik. Selamat berkarya.

Comments

3

Hi Friends!I like this site!I got some articles i needed.This site is very formal and full of knowledge. They are serious in teaching and being God's witnesses. This would become my constant web i visit, surely!By the way, i am writing some Christian devotions. Let's see how we could share them later. God Bless You in Jesus the Lord!SmileSmileSmile

Halo Salomon. Situs Pelitaku emang cocok buat memberikan ide dan menambah pengetahuan dalam menulis. Btw orang mana sie? Bisa bahasa Indonesia tidak? :) Sering-sering mampir yaaa..

Salomon, seneng banget Anda bisa bergabung dalam situs PELITAKU.

Mau donk, tulisan-tulisan Anda juga dishare-kan di sini. Oh iya, masuk PELITAKU berarti bisa bahasa Indonesia, donk .... menurut Anda bagian mana dari situs ini yang menarik dan mana yang masih perlu dibenahi?

Gimana ya caranya mendorong para pengguna PELITAKU aktif diskusi di sini? Kan menyenangkan, tuh para penulis2 Kristen ngumpul di sini untuk berkarya bagi kemuliaan nama Tuhan ....

Btw, sekali lagi met kenal ya, Solomon .... :)

Komentar