Bahan Belajar Kristen Online dapatkan di:live.sabda.org

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PELITAKU

Apresiasi Tulisan Lewat Kritik

Seorang penulis yang baik tentu tak akan puas hanya bila karyanya dipublikasikan. Ia pasti menginginkan adanya bentuk apresiasi, komentar, diskusi, pujian, dan terutama kritik karena kritik sangat perlu guna meningkatkan mutu karyanya di masa mendatang. Ketika kita membuat sebuah kritik atas karya seorang penulis, berarti kita sedang menempatkan teks tulisan tersebut sebagai satu studi. Oleh karenanya, sebagaimana studi-studi ilmiah lain, kajian tersebut harus dilakukan dalam kerangka yang jelas, terarah, dan tersistem.

Syarat Kritikus
Membuat kritik memang tidak mudah. Karena ketika melakukannya, berarti kita juga sedang mengapresiasinya. Kritik itu penting karena kritik merupakan bentuk apresiasi yang mendalam. Di kalangan akademik, ketika menulis kritik, itu artinya kita sedang mengaplikasikan berbagai teori dalam satu metode. Seorang kritikus harus tahu ruang lingkup, pisau analisis, metode, serta teknik yang ia gunakan. Kriteria, kategori, dan skema dalam kritik tak dapat dilakukan tanpa pijakan. Karenanya, ada beberapa syarat yang harus dimiliki dalam menulis kritik.

  1. Tahu teori sastra
    Teori sastra meliputi teori tentang karakterisasi, plot, dll. Selain itu, teori sastra juga meliputi metode serta pendekatan yang dipergunakan dalam menganalisa sebuah karya (misalnya: pendekatan struktural, feminis, psikoanalisis, marxis, dsb). Pengetahuan ini sangat perlu untuk menghasilkan kritik yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
  2. Tahu sejarah
    Sejarah di sini meliputi sejarah pengarang, karya-karya yang pernah ia buat, serta karya pengarang lain dalam periode waktu atau tempat yang sama. Selain itu, perlu juga mengetahui kritik lain yang pernah dibuat atas karyanya. Ini perlu untuk membuat pendekatan baru dalam kritik.
  3. Punya referensi bacaan yang luas
    Pengetahuan ini adalah nilai plus. Jika misalnya kita ingin membuat kritik terhadap sebuah karya, dengan banyak membaca karya sastra, lambat laun tentu kita akan bisa mengetahui karakteristik/gaya khas pengarang-pengarang lain, atau bahkan menilai mana karya yang bagus dan mana yang tidak.

Apa yang Dilakukan Kritikus?
Lalu, apakah dengan memenuhi syarat-syarat di atas akan membuat kritikus memiliki hak untuk mengatakan apa pun tentang satu karya? Apakah posisinya membuat kritikus memiliki hak untuk menentukan mana yang baik, buruk, atau berkualitas? Jawabnya adalah ya, tetapi tidak berarti pula ia harus melakukannya.

Posisi kritikus tidak bisa dibuat main-main karena masyarakat akan memerhatikan secara serius apa yang dikatakan seorang kritikus terhadap suatu karya. Pilihan kata untuk menilai sebuah karya harus dilakukan dengan hati-hati. Reaksi masyarakat atas apa yang Anda katakan bisa sangat beragam dan bahkan tak terduga.

Ini tidak berarti Anda tidak boleh mengatakan hal-hal jelek tentang suatu karya. Jika Anda berpendapat bahwa karya A kurang baik, sampaikanlah dengan banyak didukung bukti dari teks itu sendiri. Jadi, seorang kritikus hendaknya jangan terlalu mudah menyatakan pendapat tentang kualitas suatu karya karena ada tanggung jawab tersendiri di dalamnya. Akhirnya, apa yang dilakukan seorang kritikus adalah melayani pembaca dan dunia secara bertanggung jawab dan membangun dengan memberikan tanggapan atas karya-karya yang baik.

Apa yang Dikritik?
Pada dasarnya, tidak ada aturan pasti bagi kritikus. Mereka dapat mengatakan apa pun yang mereka inginkan. Namun, sejalan dengan waktu, ada semacam persetujuan tidak resmi mengenai apa yang akan menjadi fokus dalam sebuah kritik, yakni nilai, kualitas, tradisi dan makna.

  1. Nilai
    Ketika membaca sebuah tulisan, kita harus percaya bahwa tulisan tersebut memiliki nilai sendiri. Bahkan untuk buku yang dibuat hanya untuk hiburan, nilai yang ia miliki adalah sebagai hiburan itu sendiri.

    Semula yang dilakukan seorang kritikus adalah mengukur nilai yang dimiliki sebuah buku/tulisan terhadap pembacanya. Pertanyaan bisa seperti: Kenapa pengarang menuliskan ini? Kenapa masyarakat harus membacanya? Apa yang bisa didapat pembaca darinya? Bagaimana tulisan ini dapat membuat perubahan atas hidup orang?

  2. Kualitas
    Untuk menentukan nilai sebuah tulisan, kritikus harus dapat mengukur kualitas tulisan tersebut. Apakah ditulis dengan baik? Apakah gaya si penulis memikat? Apakah si penulis memakai teknik tertentu yang lain dari yang lain?

    Saat kritikus menyatakan kualitas sebuah tulisan, mereka harus paham bahwa penilaian mereka berdasarkan subjektivitas. Jadi, saat berbicara mengenai kualitas, Anda perlu menyampaikan pada pembaca definisi Anda mengenai apa yang dinamakan kualitas itu. Ini akan membantu pembaca dalam memahami penilaian Anda.

  3. Tradisi
    Setiap buku adalah bagian dari tradisi. Artinya, baik pembaca maupun penulis tidak dapat sepenuhnya melepaskan diri dari tulisan/buku lain yang pernah dibuat sebelumnya. Kritikus meneliti hal tradisi ini dengan berbagai cara. Ada yang membandingkan buku/tulisan dari berbagai zaman, ada juga yang meneliti dari tradisi itu sendiri.
  4. Makna
    Tujuan membaca tentunya untuk memperoleh makna dari teks tersebut. Kata-kata, ide-ide, atau tema bisa "menipu", apa yang dikatakan tidak selalu sama dengan maknanya. Kritikuslah yang bertugas memilahnya.

    Untuk menemukan makna, kritikus memproses teks dengan pengalaman hidup dan perasaan mereka. Memahami bagaimana sebuah tulisan memiliki hubungan atau menyoroti isu-isu kemanusiaan tertentu adalah sangat penting, namun bagaimana bisa memahami dampak emosional yang dimiliki sebuah buku/tulisan ialah hal yang lebih penting lagi.

Latihan dan Pengayaan
Pada akhirnya, untuk menjadi kritikus atau agar dapat menulis kritik dengan baik, latihan dan pengayaan teori harus dilakukan secara intensif. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara.

  1. Melakukan banyak diskusi bersama mereka yang punya kompetensi. Jika ingin menggali satu karya dari sudut sejarah, berdiskusilah dengan ahli atau pelaku sejarah itu sendiri. Kalau pendekatan yang digunakan adalah pendekatan psikologis, sering-seringlah berdiskusi dengan psikolog, dll. Namun tentunya, jangan sampai pendekatan yang digunakan menjadi lebih dominan dari ilmu sastra itu sendiri.
  2. Pendalaman/pengayaan teori. Pendalaman ini dapat dilakukan dengan memperbanyak bacaan dan referensi, juga mempelajari gaya-gaya kritik yang mempergunakan teori yang sama atau kritik untuk karya/pengarang yang sama.
  3. Belajar meringkas/membuat resume buku dan mempresentasikannya. Ini penting untuk menguji tanggapan masyarakat terhadap temuan- temuan kita.

Bahan disarikan oleh Ary dari:
1. Liliani, Else., "Menempatkan Kritik Sastra sebagai Bagian
Integral Studi Sastra", dari buku Menuju Budaya Menulis, 2005,
Tiara Wacana Jogjakarta.
2. Peha, Steve., "What Do Book Critics Do?", dalam
http://www.ttms.org/say_about_a_book/what_do_critics_do.htm

Komentar