Bahan Belajar Kristen Online dapatkan di:live.sabda.org

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PELITAKU

Apa Hubungan Antara Percaya Diri Dan Menulis?

Sambil menunggu jadwal penerbangan, saya mengisi waktu luang di Bandara Sukarno Hatta dengan membaca buku yang ditulis oleh Susan Shaughnessy, "Walking on Alligator", sebuah buku yang merangsang kita untuk terus menulis. Dalam buku itu, Susan mengatakan,

"Jalan yang tidak dilalui merupakan sebuah gambaran yang menghantui. Hasilnya tidak akan pernah diketahui. Hampir semua orang memilih jalan yang dikenali, aman dan pasti. Tetapi karakter-karakter yang memilih jalan samping yang tidak terduga adalah karakter-karakter yang memikat untuk dibaca."

Dari tulisan itu, saya merenung. Mengapa kita takut menuliskan apa yang ada pada diri kita? Tidak apa-apa yang kita tulis sesuatu yang tidak biasa. Yang penting kita harus berani berekspresi. Berani menulis. Menulis apa saja. Alirkan tombol-tombol komputer agar merangkai kata menjadi kalimat.

Kadang juga muncul pertanyaan dalam diriku. Kegiatan mana di dunia ini yang tidak terkait dengan kegiatan tulis-menulis? Tidak ada. Kalaupun ada, itu pun hanya untuk aktivitas yang tidak berarti.

Menulis sering saya lakukan. Seolah saya melakukan perjalanan jauh menembus masa lalu, melalui hari ini, menuju masa mendatang, melalui sebuah tulisan. Menulis tak jarang membuat masuk ke dalam diri. Dalam sekali.

Saya menulis mengenai perasaan, gagasan, persepsi, harapan, dan kenangan. Pikirku, dalam menulis menulis aku menemukan diri, lama-lama menjadi percaya diri. Tulisanku adalah cerminan diriku. Dengan melihat cermin, aku menjadi tahu siapa aku. Melihat diriku sendiri berarti melihat aku ada, nyata. Aku semakin percaya bahwa diriku ada. Seandainya cermin tidak ada, mana mungkin aku tahu bila aku ada.

Pada saat tidak ada cermin yang memantulkan gambaran kita. Bagaimana kita akan tahu bayangan kita sebenarnya? Tentu kita butuh bantuan dari luar untuk meyakinkan diri kita. Kita butuh semangat dari luar agar percaya diri. Namun, dengan menulis, bantuan dari luar untuk hanya sekadar percaya diri tidak kita perlukan lagi. Karena cermin kita benar-benar ada, yaitu tulisan kita, hasil karya kita. Untuk menjadi percaya bahwa dirimu ada juga sama. Maka, menulislah. Menulis apa saja.

Percaya diri dimulai dengan mengenal diri. Dengan menulis, tingkat pengenalan diri dan lingkungan semakin tajam. Pada gilirannya akan semakin mempertajam citra sosial (social image).

Menulis mengarahkan pikiran kita menjadi lebih "brilian". Menulis adalah pekerjaan mengidentifikasi diri kita dengan orang lain, sehingga memasuki suasana transpersonal. Di samping itu, dengan menulis, berarti kita mempertajam kesadaran sosial (social awareness) dan kesadaran keagamaan (religius awareness).

Kesadaran yang dibangun dengan proses kreatif dalam menulis, terutama dalam menulis karya sastra. Karya sastra bukanlah suatu formula saja. Juga bukan rumus-rumus atau jurus-jurus kehidupan. Tetapi merupakan model-model kreatif tentang pemahaman kemanusiaan. Kemungkian-kemungkinan yang berhubungan denagan psikologi, moral, dan budaya, melalui imajinasi penulisnya.

Dengan semakin meningkatnya penghayatan, semakin imajinatif terhadap hidup, maka kita akan percaya pada diri kita.

Kalau ingin percaya diri. Mengapa tidak menulis mulai sekarang?

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Nama situs : kusnul"s Site
Penulis : Kusnul Nurmanto
Alamat URL : http://nurmantodiary.multiply.com/reviews/item/4

Komentar